Harga loyo, bisnis Tembaga Mulia turun



JAKARTA. Produsen tembaga dan aluminium PT Tembaga Mulia Semanan Tbk menorehkan penurunan penjualan di tiga bulan pertama tahun ini. Penjualan perusahaan ini turun lantaran terkikis oleh turunnya harga jual tembaga dan aluminium di pasar global sejak akhir tahun lalu.

Merujuk laporan keuangan, emiten berkode saham TBMS tersebut mengantongi penjualan US$ 120 juta di kuartal I-2016. Angka tersebut turun 17% ketimbang penjualan kuartal I-2015 lalu yang masih mencapai US$ 133 juta.

Rini Kustiningsih, Sekretaris perusahaan Tembaga Mulia Semanan bilang, penurunan harga tembaga sejak November 2015 lalu sudah mencapai 20%. Pada saat ini harga jual sebesar US$ 5.495 per ton. Begitu juga dengan harga aluminium yang turun 11% menjadi US$ 1.661. "Ini dampak penurunan harga komoditas," kata Rini kepada KONTAN, Jumat (13/05).


Lesunya harga komoditas tambang ini membuat manajemen Tembaga Mulia Semanan pesimistis mengejar kenaikan penjualan tahun ini. Rini bilang hanya berani mematok penjualan sama tahun lalu.

Asal tahu saja, penjualan TBMS pada 2015 lalu tercatat US$ 517 juta, turun 15% ketimbang penjualan 2014 senilai US$ 609 juta. Merujuk laporan tahun 2015, tahun ini, manajemen TBMS masih memproyeksikan penurunan penjualan menjadi US$ 485 juta, atau turun 6% dari realisasi 2015.

Penjualan TBMS tahun lalu dominan dari pasar domestik dengan kontribusi 61%, sisanya 39% berasal dari ekspor. Ekspor TBMS punya pasar baru yakni Oceania, Asia Selatan, dan beberapa negara di Asia Tenggara.

Di pasar domestik, TBMS berpeluang meningkatkan jualan batangan aluminium untuk kebutuhan proyek listrik PT PLN (Persero). Sebagaimana diketahui, banyaknya proyek setrum untuk 35.000 megawatt bisa meningkatkan kebutuhan aluminium.

Dari sisi produksi, TBSM saat ini memiliki kapasitas produksi tembaga 125.000 metrik ton per tahun. Adapun kapasitas produksi batangan aluminium 32.000 metrik ton per tahun. "Saat ini utilitasnya baru 80%," jelas Rini.

Meski kapasitas belum maksimal, Rini bilang belum tertarik meningkatkan kapasitas produksi tahun ini. Alhasil, tahun ini manajemen TBMS memilih mengencangkan ikat pinggang dan tak memiliki rencana untuk ekspansi.

Soal proyeksi penjualan TMBS pada kuartal II tahun ini, Rini berharap ada kenaikan ketimbang dari kuartal I. Namun, Rini tak menjelaskan secara detail berapa angkanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini