Harga Masih Downtrend, Simak Rekomendasi Saham Emiten Batubara Ini



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten sektor batubara bisa mendapat sokongan permintaan menjelang Tahun Baru Imlek.

Secara historis, datangnya perayaan Imlek di China akan mengangkat permintaan batubara dari Negeri Panda tersebut. Menjelang Imlek, permintaan batubara di China, sebagai negara dengan konsumsi batubara terbesar di dunia, akan naik seiring dengan kenaikan konsumsi energi.

Sebagai gambaran, Imlek 2575 Kongzili akan jatuh sebentar lagi, yakni pada 10 Februari 2024. Namun, menjelang datangnya tahun baru kalender lunar tersebut, harga batubara masih cenderung terkoreksi. Mengutip Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle untuk kontrak Februari 2024 sudah berada di posisi US$ 119 per ton. Level ini mengalami koreksi 2,5% secara mingguan.


Head Of Business Development AC Sekuritas Kenji Putera Tjahaja menilai, masih belum ada sentimen yang benar-benar bisa menjadi stimulus di sektor batubara. Kenji menilai, faktor perayaan Imlek juga masih belum cukup mendongkrak harga komoditas ini.

Yang ada, sektor batubara masih dibayangi sejumlah sentimen pemberat. Sebagai contoh, dari dalam negeri, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang menyusun peta jalan pemensiunan dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Yang pasti sudah ada dua PLTU yang akan dipensiunkan dini,  yakni PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu.

“Sehingga untuk batubara menurut saya masih membutuhkan waktu untuk bisa bangkit, dan menunggu meningkatnya permintaan dari China dan India meningkat,” kata Kenji kepada Kontan.co.id, Minggu (28/1).

Baca Juga: Saham Pertamina Geothermal (PGEO) Masuk LQ45, Saham Berbasis EBT Kian Diminati

Di sisi lain, Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, sentimen datangnya Imlek bisa saja mendongkrak harga batubara. Akan tetapi, sentimen ini lebih bersifat jangka pendek atau minimal hanya bisa menstabilkan harga batubara dari kejatuhan secara langsung.

Meski demikian, Sukarno meyakini sentimen datangnya Imlek ini tidak akan langsung berdampak  terhadap saham-saham berbasis batubara. “Saat ini tren harganya sudah kembali berada kondisi downtrend, yang artinya besar kemungkinan akan melanjutkan penurunan menuju support selanjutnya,” terang Sukarno, Minggu (28/1).

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Thomas Radityo memperkirakan, harga batubara akan tetap berada di atas level US$ 100 per ton untuk tahun ini, dengan perkiraan rata-rata di level US$ 130 per ton. Konsumsi batubara global untuk kebutuhan pembangkit listrik kemungkinan mencapai puncaknya pada tahun ini, sebelum  akhirnya menurun pada tahun-tahun mendatang.

Kondisi ini disebabkan pulihnya perekonomian China yang  masih bergantung pada batubara. Ditambah, peralihan penggunaan energi dari batubara ke sumber energi alternatif di India belum berjalan lancar.

Di sisi lain, ketidakstabilan kondisi di kawasan Timur Tengah dapat menyebabkan kenaikan harga gas alam, yang pada akhirnya meningkatkan permintaan batubara termal sebagai penggantinya.

Tak pelak, kondisi harga saat ini masih menguntungkan bagi emiten penambang batubara. Thomas meyakini, emiten batubara masih mampu menghasilkan arus kas yang solid selama 1 tahun sampai 2 tahun ke depan.

Dengan demikian, sebagian besar emiten batubara masih dapat menghasilkan dividend yield yang atraktif di tahun ini.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA), semisal, diyakini menghasilkan dividend yield sebesar 9,5%, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan estimasi yield sebesar 15,3%, dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan perkiraan yield sebesar 9,0%.

“Meski demikian, kami menilai harga batubara masih berada dalam tren penurunan dan akan terus mengalami penurunan dalam jangka panjang, meskipun dengan laju yang jauh lebih lambat,” tulis Thomas dalam riset, Senin (22/1).

Dus, Ciptadana Sekuritas mempertahankan rating netral terhadap sektor batubara Indonesia. Saham ADRO menjadi pilihan utama alias top pick, dengan rekomendasi buy dan dengan target harga Rp 3.400 per saham.

Ciptadana Sekuritas juga merekomendasikan buy saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) dengan target harga Rp 1.900 per saham.

Untuk saham PTBA dan ITMG, Ciptadana Sekuritas menyematkan rating hold dengan target harga masing-masing Rp 2.750 dan Rp 28.100 per saham.

Baca Juga: Harga Nikel Terus Melandai, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Sementara Sukarno merekomendasikan wait and see dan cenderung netral  terhadap saham-saham batubara saat ini. “Kalaupun mampu menguat, penguatan itu diyakini akan terbatas dan bersifat jangka pendek,” kata Sukarno.

Di sisi lain, Kenji menilai saham PTBA secara teknikal masih cukup menarik untuk dijadikan opsi trading, dengan target harga terdekat di Rp 2.720 dan dengan entry price di Rp 2.580- Rp 2.600.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat