KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham emiten properti memiliki sejumlah katalis negatif, salah satunya kenaikan suku bunga acuan. Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau
BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75%. Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei menerangkan, kenaikan suku bunga tidak banyak memberikan pengaruh terhadap pergerakan harga saham emiten properti.
Hanya saja, ia bilang ada beberapa sentimen negatif untuk saham sektor ini, seperti harga material, pelemahan daya beli, dan tak terkecuali kenaikan suku bunga. Namun ia bilang, katalis tersebut hanya untuk jangka pendek.
Baca Juga: Beberapa Emiten Ini Catat Kinerja di Atas Ekspektasi, Apa Rekomendasi Analis? Jono menyarankan agar pelaku pasar sebaiknya lebih memperhatikan kinerja emiten properti daripada sentimen jangka pendek yang ada. Pasalnya, ia memandang prospek saham properti masih bagus secara jangka panjang lantaran emiten-emiten properti terus melakukan pembangunan. "Saat ini mayoritas
developer fokus ke proyek
low-rise karena harga yang terjangkau untuk masyarakat, didukung dengan kebijakan pemerintah dan BI yang lebih menguntungkan," ujarnya pada Kontan, Senin (29/8). Indeks sektor properti dan real estat pun masih turun 7,85% secara
year to date. Jono menambahkan, penurunan indeks sektor properti sendiri sejak awal tahun lebih dipengaruhi reli harga komoditas sehingga investor cenderung beralih ke saham komoditas. Selain itu, sektor properti mempunyai
market cap yang lebih kecil dari sektor lain, sehingga kurang menjadi pilihan untuk para pengelola dana besar seperti reksadana, meskipun kinerja mayoritas emiten properti saat ini lebih baik dari tahun lalu.
Baca Juga: Musim Rilis Kinerja Q2, Ini Saham-saham Jagoan Samuel Sekuritas Jono mencermati, valuasi saham properti rata-rata diperdagangkan dengan diskon yang besar terhadap nilai asetnya, dengan kinerja yang lebih baik dari tahun lalu. Sehingga dapat dijadikan pilihan investasi. Adapun saham jagoan Jono ada PT Ciputra Development Tbk (
CTRA). Ia memerikan target harga CTRA di 1.500. "Saham CTRA menarik karena memiliki produk terdiversifikasi berdasarkan jenisnya, dengan mayoritas saat ini rumah dan ruko," tambahnya. Produk-produk CTRA juga berada di lokasi-lokasi strategis seperti di daerah Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi yang dikenal sebagai penghasil komoditas.
Baca Juga: Ketiban Berkah Anggaran Infrastruktur, Simak Rekomendasi PTPP, ADHI dan WIKA Jono menilai saham CTRA juga memiliki profitabilitas yang paling baik dibanding peers-nya, pertumbuhan
marketing sales paling tinggi dan pendapatan berulang yang stabil dari bisnis mall, hotel dan rumah sakit. Dalam catatan Kontan, CTRA mengantongi
marketing sales senilai Rp 3,9 triliun dalam periode enam bulan tahun ini, atau meningkat 12% secara tahunan. Manajemen CTRA pun masih optimistis bisa mencapai target
marketing sales tahun ini yang dipatok pada level Rp 8,2 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli