Harga Mata Uang Kripto Terra Menukik Tajam, dari Rp 1,7 Juta ke Rp 2.500



KONTAN.CO.ID - Tsunami menggulung pasar kripto. Terra menjadi mata uang kripto paling terpukul. Harga Terra dalam rupiah tinggal Rp 2.500.

Padahal, Terra sempat menyentuh level tertinggi sepanjang massa di Rp 1,73 juta pada 5 April 2022 lalu.

Mengacu data CoinMarketCap pada Kamis (12/5), harga Terra tersungkur ke US$ 0,1761, sekitar Rp 2.500, level terendah sejak Oktober 2020. 


Dibanding level tertinggi sepanjang massa US$ 119,18, harga Terra saat ini terpangkas hampir 100%, sekitar 99,8%.

Baca Juga: Harga Bitcoin Makin Jatuh, Sentuh Posisi Terendah sejak Desember 2020

Langkah Luna Foundation Guard (LFG), organisasi nirlaba untuk mendukung jaringan Terra, melakukan de-peg guna memulihkan pasak TerraUSD (UST) 1:1 terhadap dollar AS justru berdampak sangat buruk buat Terra.

LFG melepas cadangan Bitcoin untuk memulihkan pasak UST terhadap dollar AS alias de-peg.

Efeknya bukan hanya ke Terra dan TerraUSD, juga mata uang kripto lain termasuk Bitcoin. Penurunan harga merupakan bagian dari penjualan massal aset digital yang dipicu ledakan stablecoin TerraUSD (UST).

"Ini adalah waktu yang sangat menegangkan di pasar kripto setelah runtuhnya stablecoin kontroversial UST," kata Analis Pasar Senior Oanda Americas Edward Moya kepada CoinDesk.

Baca Juga: Pasar Kripto Makin Ambrol Kamis (12/5) Siang, Harga Bitcoin Anjlok ke US$ 27.000

"Keputusan LFG untuk mempertahankan pasak UST dengan menjual cadangan Bitcoin mempercepat aksi jual di pasar kripto yang lebih luas karena kepanikan menyebar," ungkap Baeza Jaime Baeza, CEO ANB Investments, 

"Dan risiko sistemik Black Swan semakin dekat," imbuhnya kepada CoinDesk. Black Swan adalah peristiwa paling tak terduga yang memiliki kemungkinan maksimum terjadi di pasar kripto.

Dalam sebuah wawancara di program First Mover CoinDesk TV, Joseph Kelly, CEO Unchained Capital, menyebut de-peg sebagai "faktor utama yang menakutkan".

Editor: S.S. Kurniawan