Harga merangkak naik, ABM Investama targetkan produksi batubara 13 juta ton di 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara kembali memanas pada penghujung tahun 2020. Setelah Harga Batubara Acuan (HBA) terus menanjak naik dalam tiga bulan terakhir, belakangan ini harga kontrak future batubara termal Newcastle sudah berada di level US$ 80 per ton, bahkan sempat di atas US$ 84 per ton.

Produsen batubara menyambut baik tren pemulihan harga dan pasar komoditas emas hitam tersebut. Menurut Direktur PT ABM Investama Tbk (ABMM) Adrian Erlangga, peningkatan harga dipicu oleh naiknya kebutuhan energi di kawasan Asia.

Adanya vaksin Covid-19 memicu sentimen positif dan pemulihan ekonomi di dunia, khususnya negara-negara di Asia. Seperti diketahui, pasar utama batubara ditopang oleh sejumlah negara seperti China, India, Vietnam, Malaysia, Filipina dan juga dari Indonesia.


Adrian bilang, jika vaksin covid-19 terbukti efektif pada kuartal I-2021, maka pemulihan index harga batubara akan bertahan di tahun depan. 

"Dengan perbaikan harga, produsen kembali bergairah dan tentunya diharapkan kinerja di 2021 akan semakin baik," ungkapnya saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (27/12).

Baca Juga: Anak usaha ABM Investama (ABMM) raih kontrak anyar senilai Rp 661 miliar

Menurut Adrian, pada tahun depan ABMM akan fokus pada peningkatan volume produksi serta operational improvements agar secara konsisten bisa memperbaiki struktur biaya. "Karena kemampuan bertahan kami bukan di perbaikan harga batubara, namun pada efisiensi biaya dari operational improvement," sambungnya.

Pada tahun 2021, ABMM pun membidik kenaikan volume produksi dibandingkan tahun ini. Rencananya, ABMM akan memproduksi sekitar 13 juta ton batubara untuk tahun depan. Sedangkan proyeksi produksi batubara ABMM hingga tutup tahun berkisar 11,5 juta ton.

Kendati begitu, Adrian kembali menegaskan bahwa peningkatan produksi bukan semata-mata karena perbaikan harga. "Kami perlu meningkatkan volume untuk menurunkan costs, economies of scale," tegasnya.

Sebagai informasi, kondisi pasar dan harga batubara yang tertekan pada tahun 2020 ini membuat ABMM menahan tingkat produksi. Pada awal 2020, rencananya ABMM akan memproduksi 15 juta ton batubara. Namun dengan pertimbangan tren pasar dan harga, ABMM pun memangkas sekitar 19% target produksinya.

Adrian berharap kondisi pasar dan harga batubara pda 2021 bisa membaik. ABMM pun tetap membuka peluang untuk melakukan aksi korporasi berupa akuisisi tambang pada tahun depan.

"Corporate action untuk menambah cadangan batubara tetap kami laksanakan sesuai rencana," pungkas Adrian.

Selanjutnya: Harga batubara acuan naik di akhir tahun, bagaimana prospek di 2021?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi