Harga minyak acuan ambles 4% ke level terendah dalam lima bulan



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah kembali jatuh pada perdagangan Kamis (29/10). Bahkan harga minyak mentah acuan menyentuh level terendah lima bulan dan memperpanjang penurunan tajam hari sebelumnya karena dampak penguncian yang dilakukan sejumlah negara untuk mengekang penyebaran virus corona. 

Kamis (29/10), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2020 ditutup anjlok 3,76% ke level US$ 37,65 per barel. Selama sesi perdagangan tersebut, Brent sempat diperdagangkan di level terendahnya yakni di US$ 36,64 per barel. Sementara untuk kontrak pengiriman Januari 2020 yang lebih aktif, Brent anjlok 4% menjadi US$ 38,11 per barel.

Serupa, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak pengiriman Desember 2020 ditutup pada US$ 36,17 per barel, turun 3,26%. Pada kontrak ini, harga menyentuh level terendah sejak pertengahan Juni di US$ 34,92 per barel.


Sebelumnya, kedua kontrak acuan ini jatuh lebih dari 5% pada perdagangan hari Rabu (28/10).

Baca Juga: Wall Street rebound ditopang saham teknologi dan data ekonomi yang ciamik

"Orang-orang bereaksi terhadap kasus Covid-19 yang meningkat, investor pun bereaksi terhadap jumlah kasus baru," kata Bob Yawger, Director of Energy Futures Mizuho di New York. "Pasar juga berada di bawah tekanan tambahan tentang kekhawatiran permintaan, karena tambahan stimulus ekonomi AS yang belum datang, " lanjut Yawger.

Dengan kasus Covid-19 yang melonjak di seluruh Eropa, Prancis pun mengharuskan orang untuk tinggal di rumah untuk semua kecuali aktivitas penting mulai Jumat (30/10). Sementara di Jerman, bar, restoran dan teater akan kembali ditutup mulai 2 November hingga akhir bulan. 

"Karena penguncian mulai menggigit kekhawatiran permintaan di seluruh Eropa, prospek jangka pendek untuk minyak mentah mulai memburuk," kata Stephen Innes, Chief Global Market Strategist Axi.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya akan memantau prospek permintaan yang memburuk dengan cermat serta meningkatnya pasokan dari anggota OPEC Libya.

OPEC dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, berencana mengurangi pengurangan produksi pada Januari 2021 dari 7,7 juta barel per hari (bph) yang dilakukan saat ini menjadi sekitar 5,7 juta barel per hari.

"Rencana kenaikan produksi mulai Januari 2021 semakin tidak memungkinkan," kata Commerzbank. "Sebaliknya, OPEC dan sekutunya (OPEC +) benar-benar perlu menerapkan pengurangan produksi lebih lanjut, mengingat prospek permintaan yang lemah."

Baca Juga: S&P 500 dan Nasdaq menghijau ditopang rilis data ekonomi yang positif

OPEC+ dijadwalkan bertemu pada 30 November dan 1 Desember untuk menetapkan kebijakan.

Libya saat ini memproduksi 680.000 barel per hari dan mengharapkan produksi meningkat menjadi 1 juta barel per hari dalam beberapa minggu mendatang, kata sumber minyak Libya.

Selanjutnya: Investor pilih dolar AS, harga emas spot ditutup melemah 0,5% pada Kamis (29/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari