KONTAN.CO.ID - BENGALURU. Harga minyak ditutup melemah sekitar US$ 3 per barel di awal pekan ini. Sentimen datang setelah analis menyoroti meningkatnya pasokan global dan kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan menjelang data inflasi dan pertemuan Federal Reserve pada pekan ini. Senin (12/6), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2023 turun US$ 2,95, atau 3,9% menjadi US$ 71,84 per barel. Ini jadi penutupan terendah Brent sejak Desember 2021. Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) ditutup turun US$ 3,05 atau 4,4% ke US$ 67,12 per barel.
Sentimen datang setelah Goldman Sachs memangkas perkiraan harga minyak, mengutip pasokan yang lebih tinggi dari perkiraan akhir tahun ini dan hingga 2024. Perkiraan harga minyak mentah pada Desember dari Goldman Sachs sekarang berada di US$ 86 per barel untuk Brent, turun dari proyeksi awal US$ 95, dan di US$ 81 per barel untuk WTI, turun dari proyeksi awal US$ 89. "Goldman menyerah pada perkiraan harga bullish mereka tampaknya menjadi katalis untuk memulai penjualan hari ini," kata analis Kpler Matt Smith. Baca Juga: Harga Minyak Melemah di Minggu Kedua, Kekhawatiran Permintaan Membayangi Pemangkasan Revisi datang pada awal minggu yang sibuk untuk Federal Reserve, yang bertemu pada hari Rabu. Sementara The Fed diperkirakan akan membiarkan suku bunga tidak berubah bulan ini, investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga kemungkinan akan dilanjutkan bulan depan, kata analis UBS Robert Yawger. Kenaikan suku bunga The Fed telah memperkuat dolar, membuat komoditas dalam mata uang the greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan membebani harga. "Pertemuan the Fed dan tekanan inflasi tetap menjadi isu utama pasar minggu ini," kata Rob Haworth, Senior Investment Strategist di US Bank Asset Management. "Semakin besar kemungkinan menahan suku bunga berarti investor akan mengikuti konferensi pers Ketua Fed Powell dengan cermat untuk jalur yang diharapkan untuk suku bunga," kata Haworth. Juga membebani pikiran investor, pemulihan permintaan minyak telah diredam di China, importir utama minyak mentah dan produk olahan.