JAKARTA. Harga minyak mentah terus menunjukkan fase konsolidasi. Analis SoeGee Futures Nizae Hilmy mengatakan, harga minyak mentah tertekan pada awal tahun karena adanya faktor over supply di Amerika dan penguatan dollar AS. Mengutip Bloomberg, Rabu (1/7), harga minyak kontrak pengiriman Agustus 2015 di New York Merchantile Exchange naik sebesar 3,63% ke US$58,47 per barrel. Sepanjang awal tahun harga minyak tertekan karena perlambatan ekonomi global di China dan kasus Yunani. Sehingga harga minyak mencapai level terendah pada 17 Maret 2015 di US$ 49,65 per barrel. Selain itu faktor yang menyebabkan turunnya harga minyak juga dipengaruhi oleh kelesuan permintaan dunia terhadap minyak, terlebih permintaan dari Eropa, Namun seiring berjalannya waktu, harga mulai pulih lagi hingga mencapai level tertinggi pada 6 Mei 2015 di US$ 62.56 per barrel.
Menurut Nizar hal itu disebabkan oleh beberapa faktor seperti isu geopolitik dari timur tengah dan memasuki kuartal kedua produksi shale minyak di Amerika mulai menurun. Ditambah lagi, terjadi Hurricane Season atau musim badai di Amerika yang juga menerjang tempat produksi minyak dan mengakibarkan produksi minyak di Amerika (di teluk Meksiko) terhenti. “Di saat yang sama, dollar koreksi. Permintaan meningkat karena pada awal musim panas di Amerika banyak orang berlibur menggunakan kendaraan pribadi, sehingga menaikkan ekspektasi permintaan minyak,” jelas Nizar. Dia menambahkan sepanjang dua bulan terakhir, harga minyak mulai bergerak konsolidasi di kisaran US$56-US$62 per barrel, karena adanya adu kuat dari buyer dan seller. “Buyer didukung oleh ekspektasi yang menurun, di sisi lain seller didukung kuota yang masih melimpah,” kata Nizar.