KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak jatuh lebih dari 6% pada hari Selasa (20/11) dalam volume perdagangan yang berat. Minyak mentah AS menyelam ke level terendah dalam kurun lebih dari setahun. Kontrak minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mengakhiri hari perdagangan turun US$ 3,77 ke US$ 53,43 per barel (-6,6%). Harga kontrak sempat ambles sedalam 7,7% menyentuh $ 52,77 per barel, level terendah sejak Oktober 2017. Lebih dari 946.000 kontrak WTI bulan depan berpindah tangan, melebihi rata-rata harian selama 10 bulan terakhir dan volume harian tertinggi kedua sejak Juni, menurut data Refinitiv.
Minyak mentah Brent berjangka juga ambrol US$ 4,26 per barel (-6,4%) sebelum mendarat di US$ 62,53 per barel. Minyak yang menjadi patokan internasional ini sempat jatuh 7,6% ke US$ 61,71, harga terendah sejak Desember 2017. "Saat ini lebih tentang risiko," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates. "Ketika pasar saham turun 8% atau 9%, itu memunculkan gambaran ekonomi global yang lemah dan memunculkan anggapan permintaan minyak yang lebih lemah dari perkiraan." Pedagang melihat risiko penurunan lebih lanjut terhadap harga minyak dari pertumbuhan produksi serpih (shale) AS dan prospek ekonomi yang memburuk. "Ini adalah perdagangan risk aversion," kata Mark Connors, kepala portofolio global dan penasehat risiko di Credit Suisse. Harga melaju lebih rendah setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan Amerika Serikat bermaksud tetap menjadi "mitra setia" Arab Saudi meskipun "sangat mungkin" Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman memiliki pengetahuan tentang pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi bulan lalu. di Turki. Hal ini mengurangi kekhawatiran tentang potensi gangguan pasokan minyak di tengah ketegangan AS-Saudi yang meningkat. "Saya tidak pernah benar-benar memahami premi di balik semacam friksi antara AS dan Arab Saudi dari sudut pandang kebijakan ... Ini benar-benar hubungan yang terlalu besar untuk gagal," kata Joe McMonigle, analis kebijakan energi senior di Hedgeye Risk Management di Washington. Ekspektasi untuk pekan kesembilan persediaan persediaan minyak mentah AS juga membebani harga. Analis yang disurvei menjelang data mingguan memperkirakan stok minyak mentah naik sekitar 2,9 juta barel pekan lalu. Harga minyak memangkas kerugian sesaat setelah data dari kelompok industri American Petroleum Institute menunjukkan persediaan minyak mentah turun 1,5 juta barel pekan lalu menjadi 439,2 juta. Data resmi pemerintah akan dirilis Rabu pagi. Produksi minyak mentah AS telah melonjak hampir 25% tahun ini, ke rekor 11,7 juta barel per hari (bpd). Organisasi Negara Pengekspor Minyak akan mendorong pemotongan pasokan 1 juta bph hingga 1,4 juta bpd ketika bertemu pada 6 Desember mendatang.
Utusan OPEC untuk Uni Emirat Arab mengatakan sangat mungkin bahwa kelompok itu akan mengurangi output tetapi tingkat pemangkasan yang pasti belum diputuskan. Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan OPEC dan produsen lain soal "implikasi negatif" pemotongan pasokan. Banyak analis khawatir lonjakan harga minyak mentah bisa mengikis konsumsi. "Kita memasuki periode ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya di pasar minyak," kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol, Selasa. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hasbi Maulana