Harga Minyak Anjlok 2% Menutup Pekan Bergelojak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun hampir 2% pada hari Jumat (16/8). Meski turun tajam secara harian, harga minyak hanya sedikit berubah dalam sepekan terakhir. Investor meredam ekspektasi pertumbuhan permintaan dari importir minyak utama China.

Jumat (16/8), harga minyak WTI kontrak September 2024 di New York Mercantile Exchange turun 1,93% ke US$ 76,65 per barel dalam sehari. Tetapi dalam sepekan, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini hanya melemah 0,25%.

Harga minyak mentah Brent kontrak Oktober 2024 di ICE Futrues turun 1,68% menjadi US$ 79,68 per barel. Harga minyak acuan Brent justru menguat tipis 0,02% dalam sepekan.


Pada hari Kamis, data dari China menunjukkan ekonomi kehilangan momentum pada bulan Juli. Harga rumah baru jatuh pada laju tercepat dalam sembilan tahun. Sementara produksi industri China melambat dan pengangguran meningkat.

Hal itu telah memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar tentang kemerosotan permintaan dari importir minyak utama. Kilang minyak memangkas tajam laju pemrosesan minyak mentah bulan lalu karena permintaan bahan bakar yang lesu.

Baca Juga: Wall Street Mencatat Pekan Terbaik Tahun Ini Seiring Meredanya Kekhawatiran Resesi

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada hari Senin memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan permintaan minyak tahun ini, dengan alasan melemahnya permintaan di Tiongkok. Badan Energi Internasional yang berpusat di Paris juga mengutip permintaan yang lemah di Tiongkok ketika memangkas perkiraannya untuk tahun 2025 pada hari Selasa.

"Ini merupakan minggu yang bergejolak di pasar minyak: di satu sisi Anda memiliki kekhawatiran akan gangguan pasokan dari perang Timur Tengah yang lebih luas, tetapi di sisi lain, pertumbuhan yang melambat di Tiongkok memaksa revisi perkiraan permintaan," kata Andrew Lipow, presiden konsultan energi Lipow Oil Associates kepada Reuters.

Harga minyak berjangka menguat pada awal minggu karena para pedagang bersiap untuk pembalasan oleh Iran terhadap Israel atas pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Teheran bulan lalu. Tetapi sebagian dari risiko itu tidak diperhitungkan karena Iran belum menyerang, tulis analis di Commerzbank Research pada hari Jumat.

"Sejauh ini, gangguan pasokan lebih bersifat teoritis daripada aktual," kata Brett Friedman, kontributor penyedia data pasar OptionMetrics. "Itu memungkinkan pasar untuk fokus pada sisi permintaan," kata Friedman.

Putaran baru perundingan gencatan senjata Gaza dimulai pada hari Kamis di Qatar. Perundingan tersebut telah ditunda hingga minggu depan, dengan pihak-pihak yang terlibat mengirimkan sinyal beragam tentang kemajuan.

Baca Juga: Tembus US$ 2.500, Harga Emas Melonjak ke Rekor Tertinggi!

"Asalkan situasi di Timur Tengah tidak meningkat lebih lanjut, harga minyak kemungkinan akan stagnan," kata analis Commerzbank.

Serangkaian rilis data dari AS mempertahankan harga minyak pada level terendah. Penjualan ritel mengalahkan ekspektasi analis dan lebih sedikit warga Amerika yang mengajukan klaim pengangguran baru minggu lalu, memicu optimisme baru seputar pertumbuhan ekonomi di pasar minyak terbesar.

"Harga minyak bisa kehilangan arah hingga Federal Reserve AS memutuskan apakah akan memangkas suku bunga pada pertemuannya di bulan September," kata analis minyak independen Gaurav Sharma.

Likuiditas yang rendah kemungkinan memicu volatilitas harga minggu ini karena banyak investor Eropa dan Amerika Utara masih berlibur, kata analis UBS Giovanni Staunovo.

Selanjutnya: 50 Link Twibbon Selamat HUT Republik Indonesia ke-79 & Cara Membagikan di Sosmed

Menarik Dibaca: Ada Pizza Merah Putih di Promo Pizza Hut Delivery PHD 12-31 Agustus 2024 Rp 79.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati