KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak anjlok lebih dari US$ 3 per barel di awal pekan ini setelah serangan balasan Israel terhadap Iran selama akhir pekan melewati fasilitas minyak dan nuklir Teheran dan tidak mengganggu pasokan energi. Hal tersebut meredakan ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Senin (28/10) pukul 08.50 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent maupun West Texas Intermediate (WTI) mencapai level terendah sejak 1 Oktober saat pembukaan. di mana, harga Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2024 turun US$ 3,35 atau 4,4% ke level US$ 72,70 per barel. Sejalan, harga minyak WTI untuk kontrak pengiriman Desember 2024 merosot US$ 3,27, atau 4,6%, ke US$ 68,51 per barel.
Harga acuan naik 4% di pekan lalu dalam perdagangan yang bergejolak karena pasar memperhitungkan ketidakpastian seputar sejauh mana respons Israel terhadap serangan rudal Iran pada 1 Oktober dan pemilihan umum AS bulan depan. Puluhan jet Israel menyelesaikan tiga gelombang serangan sebelum fajar pada hari Sabtu terhadap pabrik rudal dan lokasi lain di dekat Teheran dan di Iran barat, dalam pertukaran terbaru dalam konflik yang meningkat antara kedua rival Timur Tengah tersebut. Baca Juga:
Harga Minyak Turun Lebih dari 4% Senin (28/10) Pagi, Iran Redakan Ketegangan Premi risiko geopolitik yang telah terbentuk dalam harga minyak untuk mengantisipasi serangan balasan Israel telah hilang, kata para analis. "Sifat serangan yang lebih terbatas, termasuk menghindari infrastruktur minyak, telah meningkatkan harapan akan jalur de-eskalasi, yang telah menyebabkan premi risiko turun beberapa dolar per barel," kata Saul Kavonic, analis energi di MST Marquee yang berbasis di Sydney. "Pasar akan mencermati dengan saksama konfirmasi Iran tidak akan melakukan serangan balik dalam beberapa minggu mendatang, yang dapat menyebabkan premi risiko naik lagi." Analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar memperkirakan, perhatian pasar akan beralih ke pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Hamas yang didukung Iran yang dilanjutkan selama akhir pekan. "Meskipun Israel memilih respons agresi rendah terhadap Iran, kami ragu bahwa Israel dan proksi Iran (yaitu Hamas dan Hizbullah) berada di jalur yang tepat untuk gencatan senjata yang langgeng," katanya dalam sebuah catatan.
Citi menurunkan target harga Brent dalam tiga bulan ke depan menjadi US$ 70 per barel dari US$ 74 per barek, dengan memperhitungkan premi risiko yang lebih rendah dalam waktu dekat, kata analisnya yang dipimpin oleh Max Layton dalam sebuah catatan.
Baca Juga: Menilik Proyeksi Investor Soal Iklim Investasi di Era Kepemimpinan Prabowo Analis Tim Evans di Evans Energy yang berbasis di AS mengatakan dalam sebuah catatan: "Kami pikir hal ini membuat pasar setidaknya agak kurang dihargai, dengan beberapa risiko produsen OPEC+ mungkin menunda peningkatan target produksi yang direncanakan setelah Desember." Pada bulan Oktober, OPEC+, mempertahankan kebijakan produksi minyak mereka tidak berubah termasuk rencana untuk mulai meningkatkan produksi mulai Desember. Kelompok tersebut akan bertemu pada tanggal 1 Desember menjelang pertemuan penuh OPEC+.
Editor: Anna Suci Perwitasari