KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Semakin jelasnya perkembangan negosiasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, menjadi sinyal positif bagi pergerakan harga minyak global. Terang saja, akhir pekan lalu harga minyak berhasil menembus level US$ 57 per barel dan diperkirakan bisa menyentukh level tertinggi di akhir tahun US$ 63 per barel. Baca Juga: Uji coba implementasi B30 siap digelar pertengahan November Mengutip Bloomberg, pergerakan harga minyak global di akhir pekan tercatat sempat koreksi 1,29% ke level US$ 56,41 per barel. Untungnya pada penutupan perdagangan, harga minyak berhasil kembali 0,16% ke level US$ 57,24 per barel. Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengungkapka, sentimen utama penguatan harga minyak datang dari pernyataan pemerintah China kepada AS yang mengatakan bakal menghapus seluruh tarif impor barang Negeri Paman Sam ke Negeri Tirai Bambu tersebut. Pernyataan tersebut tentunya disambut positif oleh pelaku pasar, sekaligus mengurangi kekhawatiran pasar terhadap kondisi perang dagang. "Diharapkan, dengan sinyalemen positif ini akan berdampak positif bagi meningkatnya permintaan minyak. Mengingat, masalah ekonomi global asalnya dari masalah perang dagang AS dan China," ungkap Deddy kepada Kontan, Jumat (9/11).
Harga minyak bepotensi sentuh US$ 63 per barel di akhir tahun
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Semakin jelasnya perkembangan negosiasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, menjadi sinyal positif bagi pergerakan harga minyak global. Terang saja, akhir pekan lalu harga minyak berhasil menembus level US$ 57 per barel dan diperkirakan bisa menyentukh level tertinggi di akhir tahun US$ 63 per barel. Baca Juga: Uji coba implementasi B30 siap digelar pertengahan November Mengutip Bloomberg, pergerakan harga minyak global di akhir pekan tercatat sempat koreksi 1,29% ke level US$ 56,41 per barel. Untungnya pada penutupan perdagangan, harga minyak berhasil kembali 0,16% ke level US$ 57,24 per barel. Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengungkapka, sentimen utama penguatan harga minyak datang dari pernyataan pemerintah China kepada AS yang mengatakan bakal menghapus seluruh tarif impor barang Negeri Paman Sam ke Negeri Tirai Bambu tersebut. Pernyataan tersebut tentunya disambut positif oleh pelaku pasar, sekaligus mengurangi kekhawatiran pasar terhadap kondisi perang dagang. "Diharapkan, dengan sinyalemen positif ini akan berdampak positif bagi meningkatnya permintaan minyak. Mengingat, masalah ekonomi global asalnya dari masalah perang dagang AS dan China," ungkap Deddy kepada Kontan, Jumat (9/11).
TAG: