KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik sekitar 1% pada Rabu (11/12), meskipun sempat mengurangi penguatan setelah kelompok produsen OPEC kembali memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan untuk tahun 2024 dan 2025. OPEC telah menurunkan proyeksi permintaannya selama lima bulan berturut-turut dalam laporan bulanan mereka. Melansir Reuters, minyak mentah Brent naik 74 sen, atau 1,03%, menjadi US$72,93 per barel pada pukul 13.10 GMT.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Karena Stimulus China, Kemungkinan Pasokan Ketat di Eropa Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 76 sen, atau 1,1%, menjadi US$69,35 per barel. "Estimasi dari Sekretariat OPEC terus menyesuaikan dengan konsensus pasar, dengan revisi turun lebih lanjut dalam perkiraan permintaan, yang mengurangi pertumbuhan tahunan untuk tahun 2024 dan 2025," kata Harry Tchilinguirian, kepala riset Onyx Capital Group. OPEC+, yang merupakan gabungan anggota OPEC dan produsen lain seperti Rusia, sebelumnya telah menunda rencana untuk mulai meningkatkan produksi. Permintaan yang lemah, khususnya di China, serta pertumbuhan pasokan dari luar OPEC+ menjadi dua alasan di balik keputusan tersebut. Namun, analis UBS Giovanni Staunovo mencatat, "Dengan pertumbuhan permintaan melampaui pertumbuhan pasokan non-OPEC+, kelompok ini masih mengantisipasi pengetatan pasar minyak tahun depan." Pada awal sesi perdagangan, Brent sempat naik hingga 1,42% menjadi US$73,22, sedangkan WTI melonjak hingga 1,5% menjadi US$69,62. Para pelaku pasar berharap peningkatan permintaan dari China, importir minyak terbesar, setelah Beijing mengumumkan rencana terbaru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. China mengatakan pada Senin bahwa pihaknya akan mengadopsi kebijakan moneter "yang cukup longgar" pada tahun 2025, menandai pelonggaran pertama dalam 14 tahun terakhir.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melemah Selasa (10/12), Brent ke US$71,88 dan WTI ke US$68,07 "Jika sebelumnya upaya pemerintah China fokus pada sektor seperti kendaraan listrik dan infrastruktur, ada ekspektasi bahwa kebijakan ini mungkin beralih untuk meningkatkan belanja konsumen... ini telah memicu optimisme di pasar minyak," kata Li Xing Gan, konsultan strategi pasar keuangan untuk Exness. Impor minyak mentah China juga meningkat secara tahunan untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir pada November, naik lebih dari 14% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, Kremlin menanggapi laporan bahwa Amerika Serikat berencana memperketat sanksi terhadap perdagangan minyak Rusia. Menurut Kremlin, langkah tersebut menunjukkan pemerintahan Presiden Joe Biden ingin meninggalkan warisan yang sulit dalam hubungan AS-Rusia.
Bloomberg News melaporkan pada Selasa bahwa pemerintah AS sedang mempertimbangkan sanksi lebih keras terhadap perdagangan minyak Rusia, dalam upaya menekan mesin perang Kremlin hanya beberapa minggu sebelum Donald Trump kembali ke Gedung Putih. Di Amerika Serikat, stok minyak mentah dan bahan bakar meningkat minggu lalu, menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute. Stok minyak mentah naik 499.000 barel dalam pekan yang berakhir 6 Desember. Persediaan bensin naik 2,85 juta barel, sementara stok distilat naik 2,45 juta barel. Data resmi dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) dijadwalkan rilis pada Rabu pukul 10.30 pagi ET (15.30 GMT).
Para analis yang disurvei Reuters memperkirakan penurunan 900.000 barel untuk stok minyak mentah dan peningkatan 1,7 juta barel untuk bensin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto