Harga Minyak Bergerak Datar, Kekhawatiran Makroekonomi Mengatasi Terbatasnya Pasokan



KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Harga minyak bergerak datar pada perdagangan hari ini karena tanda-tanda pasokan Amerika Serikat (AS) yang lebih ketat berlawanan dengan data ekonomi yang mengurangi prospek permintaan energi.

Rabu (25/10), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2023 naik tipis 2 sen menjadi US$ 88,09 per barel.

Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Desember 2023 turun 5 sen menjadi US$ 83,69 per barel.


Harga minyak mentah acuan telah turun pada tiga sesi sebelumnya.

Data industri menunjukkan, pasokan minyak mentah AS berkurang sekitar 2,7 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 20 Oktober, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa (24/10)

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Selasa (24/10), Brent ke US$89,92 dan WTI ke US$85,53 .

Hal ini bertentangan dengan delapan analis yang disurvei oleh Reuters yang memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah naik sekitar 200.000 barel dalam seminggu.

Data persediaan pemerintah AS akan dirilis pada hari Rabu.

Sementara itu, data aktivitas bisnis zona euro secara mengejutkan mengalami penurunan pada bulan ini, menunjukkan bahwa blok tersebut mungkin akan tergelincir ke dalam resesi, yang akan menyeret prospek permintaan minyak.

Data di Jerman menunjukkan bahwa resesi di negara tersebut sedang berlangsung. Dunia usaha di Inggris kembali melaporkan penurunan aktivitas bulanan, menyoroti risiko resesi menjelang keputusan suku bunga Bank of England minggu depan.

Investor juga terus memperhatikan Timur Tengah, karena para pelaku pasar khawatir meluasnya konflik di sana dapat mengguncang pasar minyak dan mengganggu pasokan.

Negara-negara termasuk Amerika Serikat, Kanada, Rusia dan negara-negara Arab mendorong jeda atau gencatan senjata dalam pertempuran antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza agar bantuan kemanusiaan dapat disalurkan kepada warga sipil Palestina yang terkepung.

Editor: Anna Suci Perwitasari