Harga Minyak Bergerak di Level Terendah Dalam Tiga Bulan Terakhir



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merosot dalam dua hari sebelumnya, harga minyak berupaya bangkit dari keterpurukan. Kamis (9/11) pukul 7.10 WIB, harga minyak WTI kontrak Desember 2023 di New York Mercantile Exchange menguat 0,26% ke US$ 75,53 per barel. Harga minyak tercatat turun 6,54% dalam tiga hari perdagangan hingga pagi ini.

Meski menguat pada pagi ini, harga minyak belum kembali ke rata-rata bulan lalu US$ 84,68 per barel. Bahkan, harga minyak WTI masih berada di bawah harga rata-rata sejak awal tahun yang berada di US$ 76,68 per barel.

Sedangkan harga minyak Brent kemarin mulai kembali masuk ke bawah level US$ 80 per barel. Rabu (8/11), harga minyak Brent kontrak Januari 2024 ditutup pada US$ 79,54 per barel, melorot 2,54% dari hari sebelumnya. Dalam dua hari terakhir, harga minyak Brent tumbang 6,62%.


Harga minyak WTI dan Brent menyentuh level terendah sejak Juli 2023. Harga minyak terbebani oleh kekhawatiran berkurangnya permintaan di konsumen minyak utama dunia, Amerika Serikat (AS) dan China.

Baca Juga: Masih Tertekan, Harga Emas Berjangka Turun 4 Hari Beruntun

“Pasar jelas tidak terlalu khawatir terhadap potensi gangguan pasokan di Timur Tengah dan malah fokus pada pelonggaran keseimbangan,” kata Warren Patterson dan Ewa Manthey, analis dari ING bank, dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.

Stok minyak mentah AS naik hampir 12 juta barel pada pekan lalu, sumber pasar mengatakan pada Selasa malam, mengutip angka dari American Petroleum Institute.

Badan Informasi Energi AS atawa Energy Information Administration (EIA) akan menunda rilis data inventaris mingguan hingga tanggal 13 November.

Produksi minyak mentah di AS tahun ini akan naik sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, sementara permintaan akan turun, kata EIA pada hari Selasa. EIA kini memperkirakan total konsumsi minyak bumi di negara tersebut akan turun sebesar 300.000 barel per hari pada tahun ini, membalikkan perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kenaikan sebesar 100.000 barel per hari.

Badan tersebut juga memperkirakan produksi minyak mentah Venezuela akan meningkat kurang dari 200.000 barel per hari (bpd) menjadi rata-rata 900.000 barel per hari pada akhir tahun 2024 di bawah pelonggaran sanksi AS.

Baca Juga: Kekhawatiran Permintaan Global Mengintai, Harga Minyak Dunia Turun Lebih dari 4%

Meredakan kekhawatiran terbatasnya pasokan, analis dari Goldman Sachs memperkirakan ekspor minyak bersih lintas laut oleh enam negara OPEC, yang mengumumkan pengurangan produksi kumulatif senilai 2 juta barel per hari (bpd) sejak April 2023, hanya tetap 0,6 juta barel per hari di bawah level bulan April.

Data di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, juga menimbulkan keraguan terhadap prospek permintaan. Impor minyak mentah oleh negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia pada bulan Oktober menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Tetapi total ekspor barang dan jasa Tiongkok mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan, sehingga menambah kekhawatiran melemahnya permintaan global.

Menambah tekanan pada harga minyak adalah pemulihan moderat dolar AS dari posisi terendah baru-baru ini. Penguatan kurs dolar AS membuat harga minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Sisi baiknya, kelompok produsen minyak OPEC memperkirakan ekonomi global akan tumbuh dan mendorong permintaan bahan bakar, meskipun ada tantangan ekonomi, termasuk tingginya inflasi dan suku bunga.

Sementara itu, China diperkirakan akan mencapai target pertumbuhan produk domestik bruto tahunannya pada tahun ini, kata gubernur bank sentral negara tersebut pada hari Rabu. Beijing telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% untuk tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati