Harga minyak bergerak di sekitar US$ 60 setelah kemarin turun tajam



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik lagi setelah kemarin merosot. Kamis (9/1) pukul 7.19 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2020 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 60,06 per barel.

Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini naik 0,75% dari harga penutupan kemarin. Pada perdagangan Rabu (8/1), harga minyak WTI ini justru ditutup merosot 4,93% ke US$ 59,61 per barel setelah sempat menyentuh US$ 65,65 per barel akibat serangan Iran ke pangkalan militer AS di Irak.

Baca Juga: Konflik AS-Iran Mengancam Neraca Dagang RI premium


Kemarin, Menteri Minyak Iran Bijan Zanganeh mengatakan bahwa kenaikan harga minyak yang terjadi setelah serangan ke Iran justru menguntungkan Iran. "Tren harga minyak naik dan menguntungkan Iran. Amerika harus berhenti mengganggu wilayah ini dan membiarkan warga hidup," kata Zanganeh seperti dikutip Reuters.

Sementara Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan, sulit untuk memprediksi pergerakan harga minyak di tengah eskalasi tensi Timur Tengah. Novak yang tengah berkunjung ke Istanbul mengatakan bahwa OPEC+ tetap bisa bertemu baik itu secara terjadwal maupun tidak, jika diperlukan karena tensi Timur Tengah.

Baca Juga: Wall Street menguat, efek serangan Iran mereda

Kemarin harga minyak turun karena kondisi tidak memburuk pada akhir perdagangan. Presiden AS Donald Trump pun tidak mengeluarkan pernyataan menantang seperti akhir pekan lalu. "Iran tampaknya mundur, yang merupakan hal baik bagi seluruh pihak," kata Trump. 

Setelah pernyataan tersebut, harga minyak berangsur turun. Harga emas pun melemah dan pasar saham menguat. "Setelah pernyataan Trump yang mengindikasikan selesainya konflik untuk saat ini, risiko berkurang," kata Jacob Oubina, senior US economist RBC Capital Markets kepada Reuters.

Kemarin, Energy Information Administration (EIA) AS mengungkapkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 1,2 juta barel hingga akhir pekan 3 Januari. Angka ini di luar dugaan analis yang memperkirakan penurunan stok. Laporan ini turun menurunkan harga minyak yang sempat melejit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati