KONTAN.CO.ID - BEIJING. Harga minyak sedikit bergerak tipis di perdagangan Asia pada hari Rabu karena lemahnya permintaan dan pemulihan pasokan membatasi reaksi pasar terhadap meningkatnya risiko geopolitik. Rabu (24/1) pukul 09.15 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2024 naik tipis 5 sen menjadi US$ 79,60 per barel. Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2024 naik 7 sen menjadi US$ 74,44 per barel.
“Permintaan yang lemah di tengah risiko pasokan yang sedang berlangsung membuat minyak mentah berada dalam kisaran yang ketat,” kata analis ANZ dalam catatan kliennya. Kontrak cepat bulanan untuk minyak mentah Brent diperdagangkan dengan harga premium 42 sen pada bulan berikutnya karena ketegangan geopolitik mendorong permintaan pasokan jangka pendek.
Baca Juga: Kenaikan Harga Minyak Dunia Masih Tertahan, Begini Saran untuk Trader Sentimen lain datang karena koalisi 24 negara yang dipimpin oleh AS dan Inggris melancarkan serangan baru terhadap pejuang Houthi di Yaman pada hari Selasa. Serangan itu bertujuan menghentikan serangan Houthi terhadap perdagangan global, kata Inggris dalam pernyataan bersama. AS mengatakan, Houthi yang didukung Iran telah melancarkan 26 serangan sejak akhir November terhadap pelayaran komersial di Laut Merah, jalur pelayaran yang digunakan oleh sekitar 12% perdagangan minyak global sebelum serangan tersebut.
AS juga melakukan serangan terhadap milisi yang terkait dengan Iran di Irak pada hari Selasa, menyusul serangan terhadap pangkalan udara Irak yang melukai pasukan AS. Namun berita bahwa Libya telah memulai kembali ekspor minyak dan pasokan AS mulai pulih dari kenaikan harga yang terbatas pada cuaca dingin baru-baru ini, kata analis ANZ. Ladang minyak Sharara yang berkapasitas 300.000 barel per hari di Libya dimulai kembali pada 21 Januari setelah jeda terkait protes sejak awal Januari. Di AS, negara bagian North Dakota, negara bagian penghasil minyak terbesar ketiga, kembali mengoperasikan sejumlah produksi minyaknya setelah gangguan terkait cuaca, kata otoritas saluran pipa di negara bagian tersebut. Namun produksinya masih turun sebanyak 300.000 barel per hari (bph). Pada pertengahan Januari, produksi melemah sebanyak 425.000 barel per hari karena cuaca dingin ekstrem.
Editor: Anna Suci Perwitasari