KONTAN.CO.ID - BEIJING. Harga minyak bergerak tipis pada hari Selasa di tengah ketidakpastian atas pengurangan produksi sukarela oleh OPEC+, berlanjutnya ketegangan di Timur Tengah dan lemahnya data ekonomi dari Amerika Serikat (AS). Selasa (5/12) pukul 11.30 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Februari 2024 turun 1 sen menjadi US$ 78,02 per barel. Sementara, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Januari 2023 naik 5 sen menjadi US$ 73,09 per barel.
Sentimen bagi harga minyak datang setelah komentar menteri energi Arab Saudi bahwa pengurangan produksi OPEC+ dapat terus berlanjut hingga melewati kuartal I-2024 jika diperlukan memberikan dukungan kepada pasar, kata Kelvin Wong, analis pasar senior untuk Asia Pasifik di OANDA. Harga minyak telah menurun pada sesi perdagangan sebelumnya karena para pedagang meragukan pengurangan pasokan oleh OPEC+ akan berdampak signifikan, dan penguatan dolar AS membebani harga komoditas secara umum, kata analis CMC Markets, Tina Teng.
Baca Juga: Harga Minyak Rebound Pada Senin (4/12) Pagi Setelah Anjlok 2% Pekan Lalu Dolar AS yang lebih kuat biasanya membuat harga minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga dapat mengurangi permintaan minyak. OPEC+, pada hari Kamis menyetujui pengurangan produksi sukarela dengan total sekitar 2,2 juta barel per hari (bpd) untuk kuartal I-2024, yang dipimpin oleh Arab Saudi. Setidaknya 1,3 juta barel per hari dari pemotongan tersebut merupakan perpanjangan dari pembatasan sukarela yang sudah dilakukan Arab Saudi dan Rusia.
Namun, dimulainya kembali pertempuran dalam perang Israel-Hamas memicu kekhawatiran pasokan, seperti halnya serangan terhadap tiga kapal komersial di perairan internasional di Laut Merah bagian selatan. Insiden-insiden tersebut terjadi setelah serangkaian serangan di perairan Timur Tengah sejak pecahnya perang antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas pada 7 Oktober. Data pada hari Selasa menunjukkan pesanan pabrik AS turun lebih dari perkiraan analis pada bulan Oktober dan merupakan penurunan terbesar selama lebih dari tiga tahun, sehingga mengurangi sentimen pasar minyak. Hal ini memperkuat pandangan bahwa suku bunga tinggi mulai membatasi pengeluaran, kata para analis. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari