KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah terus tertekan, harga minyak berjangka Amerika Serikat (AS) atawa West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Mei 2020 yang ditutup di bawah US$ 0 per barel pada Senin (20/4) akhirnya kembali positif. Selasa (21/4), pukul 12.18 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei 2020 di Nymex sudah berada di US$ 1,65 per barel. Posisi ini naik US$ 39,28 per barel dari penutupan di sesi sebelumnya. Kala itu, harga minyak ada di level US$ -37,63 per barel. Ini merupakan yang pertama dalam sejarah harga minyak WTI ditutup di bawah US$ 0 per barel.
“Kejadian ini sangat membingungkan dan tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Mitos bahwa harga minyak tidak akan pernah di level US$ 0 per barel ternyata terpatah kan,” kata analis Monex Investindo Futures Faisyal kepada Kontan.co.id, Selasa (21/4).
Baca Juga: Harga minyak WTI anjlok, Trump berencana hentikan impor minyak dari Arab Saudi Lebih lanjut, Faisyal mengatakan, jatuhnya harga minyak WTI masih tidak terlepas dari imbas pandemi virus corona yang terus menekan permintaan minyak. Sementara langkah-langkah negara produsen minyak untuk memangkas produksi harian masih juga belum menyelesaikan persoalan. “Pada akhirnya suplai minyak ini kehilangan ruang penyimpanan yang sudah terisi penuh. Alhasil minyak pun diobral karena tidak ada yang beli dan membuat harganya terus jatuh hingga ke level US$ -37,63 per barel,” tambah Faisyal. Faisyal menambahkan,
rebound pada harga minyak hanya bersifat sementara karena secara fundamental minyak WTI masih tertekan. Lebih lanjut, Faisyal juga bilang, penguatan harga minyak kali ini terjadi seiring pernyataan dari Presiden AS Donald Trump yang mempertimbangkan untuk terus membeli minyak dunia. “Pemerintah AS tengah merencanakan pembelian minyak untuk mengisi cadangan darurat mereka sehingga ini akan membantu mengurangi suplai. Sayangnya tidak ada kesimbangan antara suplai dan pasokan selama pandemi ini masih akan menekan fundamental minyak,” pungkas Faisyal.
Baca Juga: Harga minyak WTI kontrak paling aktif masih diperdagangkan di US$ 21 per barel Terlebih, Faisyal menyebut bahwa ada laporan yang mengatakan cadangan minyak di AS bisa mengalami kenaikan 16 juta barel. Sehingga ketika minyak WTI kontrak Mei berakhir Selasa (21/4) dan digantikan kontrak Juni yang yang lebih aktif diperdagangkan, kondisi tertekan masih akan berlanjut. Belum lagi,
storage untuk cadangan minyak AS diperkirakan akan segera penuh dalam beberapa minggu lagi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari