Harga Minyak Berpotensi Melampaui US$ 85 Per Barel, Terdorong Sanksi AS ke Rusia



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Goldman Sachs memperkirakan harga minyak mentah Brent dapat naik di atas US$ 85 per barel dalam jangka pendek jika putaran terakhir sanksi AS terhadap Moskow menyebabkan penurunan produksi minyak Rusia.

Bahkan, Goldman Sachs mengatakan, harga minyak dapat menyentuh US$ 90 per barel jika penurunan produksi Rusia bertepatan dengan pengurangan produksi Iran.

Mengutip Reuters, Senin (13/1), Presiden AS Joe Biden memberlakukan paket sanksi terluas sejauh ini yang menargetkan pendapatan minyak dan gas Rusia pada hari Jumat, dalam upaya untuk memberikan pengaruh kepada Kyiv dan pemerintahan baru Donald Trump untuk mencapai kesepakatan perdamaian di Ukraina.


Baca Juga: Impor Minyak Mentah China Turun pada 2024, Pertama dalam Dua Dekade

Harga minyak mentah Brent diperdagangkan pada lebih dari US$ 81 per barel pada pukul 03.33 GMT pada hari Senin setelah melonjak lebih dari 3% pada hari Jumat menyusul sanksi AS yang lebih luas terhadap minyak Rusia.

Para pedagang dan analis mengatakan sanksi terhadap produsen dan kapal Rusia dapat memaksa penyuling minyak China dan India untuk mengambil lebih banyak minyak dari Timur Tengah, Afrika, dan Amerika, sehingga meningkatkan harga minyak dan biaya pengiriman.

Goldman Sachs memperkirakan bahwa kapal-kapal yang terkena sanksi baru tersebut mengangkut 1,7 juta barel minyak per hari pada tahun 2024, yang merupakan 25% dari ekspor Rusia, terutama minyak mentah.

Meskipun sanksi tersebut dapat meningkatkan harga minyak, Goldman Sachs mempertahankan skenario dasar yang tidak berubah, dengan memperkirakan bahwa harga minyak mentah Brent akan berkisar antara US$ 70 dan US$ 85 per barel tahun ini.

Analis di Goldman Sachs memperkirakan, Rusia dapat memberikan diskon harga minyaknya untuk memberi insentif pengiriman oleh armada bayangan yang dinamis kepada pembeli yang sensitif terhadap harga. Hal ini yang membenarkan perkiraan harga mereka yang tidak berubah.

Baca Juga: Harga Minyak Capai Level Tertinggi Lebih dari 3 Bulan, Sanksi AS Hantam Ekspor Rusia

Goldman Sachs menambahkan, Rusia juga dapat memurnikan lebih banyak minyaknya di dalam negeri dan meningkatkan ekspor bahan bakar untuk mengurangi kendala pengiriman minyak.

Para analis mencatat bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump yang akan datang ingin menghindari penurunan pasokan minyak Rusia yang terus-menerus karena tujuannya untuk menurunkan harga energi AS.

Trump akan dilantik sebagai presiden Amerika Serikat pada tanggal 20 Januari.

Selanjutnya: Lamine Yamal Buktikan Diri Sebagai Bintang Masa Depan Barcelona!

Menarik Dibaca: The Substance Masih Jadi Film Populer Letterboxd Minggu Ini

Editor: Herlina Kartika Dewi