Harga minyak berpotensi naik



JAKARTA. Harga minyak mentah dunia terus menanjak naik. Harga minyak naik dalam enam hari dari tujuh hari perdagangan terakhir. Harga minyak naik seiring melemahnya dollar Amerika Serikat (AS) dan penurunan stok minyak di Cushing, Oklahoma, AS.

Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April di Bursa Nymex naik 0,45% menjadi US$ 93,45 per barel pada Jumat lalu (15/3). Di saat yang sama, nilai tukar dollar AS turun 0,55% terhadap euro. Pasangan EUR/USD menjadi 1,3076. Ini merupakan angka tertinggi sejak 8 Maret. Nilai tukar dollar AS terus merosot karena tingginya inflasi di AS.

Sementara itu, Badan Administrasi Informasi Energi AS melaporkan, persediaan minyak di Cushing, Oaklahoma, pekan lalu, turun 1,53 juta barel menjadi 49,3 juta barel. Ini merupakan jumlah stok terendah sejak Desember 2012.


Addison Armstrong, Direktur Riset dari Tradition Energy, Stamford, Connecticut memperkirakan, kenaikan harga minyak masih akan berlangsung hingga beberapa hari mendatang. Walaupun, mungkin, jangka waktunya akan pendek. "Dollar AS betul-betul lemah, sehingga mungkin dalam jangka pendek, harga minyak akan tetap menuju ke jalur resistensi yang lebih tinggi," kata Armstrong seperti dikutip Bloomberg, pekan lalu.

Renji Betari, peneliti Divisi Riset dan Pengembangan Bursa Berjangka Jakarta melihat, selain ditopang pelemahan dollar AS dan penurunan stok, kenaikan harga minyak juga disebabkan oleh peningkatan aktivitas industri menjelang berakhirnya musim dingin.

Ariana Nur Akbar, analis Senior Monex Investindo Futures menambahkan, faktor lain yang juga turut mendongkrak harga minyak saat ini adalah bagusnya prospek pemulihan ekonomi di beberapa negara maju. Salah satunya adalah penurunan tingkat pengangguran di AS dan Australia.

Ariana menduga, kenaikan harga minyak saat ini tidak akan mencapai puncak kenaikan harga pada Februari lalu. Tapi, secara teknikal, harga minyak mentah dalam waktu sepekan ke depan masih berpotensi naik. Moving average convergence divergence (MACD) yang terlihat memberikan sinyal bullish dengan indikator harga yang naik.

Ariana memperkirakan, harga minyak sepekan depan akan berkisar US$ 88,03-US$ 97,51 per barel. Renji memprediksi, harga minyak US$ 94-US$ 96 sepekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati