Harga Minyak Berpotensi Naik Usai Koreksi Cukup Panjang



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Usai terkoreksi panjang, harga minyak mentah berpotensi naik.

Analis Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer menyebutkan, meskipun berita mengenai meninggalnya Presiden Iran tidak memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan harga minyak, namun tren teknikal menunjukkan potensi kenaikan lebih lanjut.

Fischer mengindikasikan, tekanan jual belum cukup kuat untuk menembus level support terakhir, yang menambah keyakinan bahwa harga minyak akan terus naik. Selain itu, trendline menunjukkan pola kenaikan yang konsisten, menggarisbawahi prospek positif untuk harga minyak mentah di masa mendatang.


Pada perdagangan Senin lalu (20/5), harga minyak mengalami sedikit kenaikan di perdagangan Asia. Pedagang minyak mencari lebih banyak informasi terkait upaya penyelamatan Presiden Iran setelah kecelakaan helikopter yang melibatkan Ebrahim Raisi.

Harga minyak mentah mempertahankan kenaikannya dari minggu lalu didukung prospek penurunan suku bunga AS dan meningkatnya permintaan dari China, yang merupakan salah satu importir utama minyak mentah.

Pemerintah AS juga telah mengumumkan pembelian sekitar 3,3 juta barel minyak untuk mengisi kembali Cadangan Minyak Bumi Strategis, yang membantu menjaga stabilitas harga.

Baca Juga: The Fed Beri Sinyal Akan Tahan Bunga Lebih Lama, Harga Minyak Turun

Kemudian kestabilan politik di Iran menjadi sorotan setelah kecelakaan helikopter yang membawa Presiden Raisi dan menteri luar negerinya. Kecelakaan ini meningkatkan ketidakpastian politik di Iran, terutama karena Raisi dianggap sebagai calon kuat untuk menjadi pemimpin tertinggi Iran berikutnya.

“Ketidakpastian politik ini, ditambah dengan ketegangan yang terus memanas di Timur Tengah, telah meningkatkan kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak dari wilayah tersebut,” ujar Fischer dalam risetnya, Rabu (22/5).

Israel dan Iran telah terlibat dalam serangan satu sama lain sejak awal tahun, dan kritik Iran terhadap serangan Israel yang terus berlanjut terhadap Gaza menambah ketegangan di kawasan.

Menurut Fischer, ketidakstabilan yang berkelanjutan ini diperkirakan akan mendukung harga minyak, menjaga minyak Brent diperdagangkan di atas US$ 80 per barel sepanjang tahun 2024. Pasar minyak saat ini juga dipengaruhi oleh ketidakpastian seputar kebijakan suku bunga AS dan ekonomi global.

Rincian hasil pertemuan Federal Reserve pada akhir April yang akan dirilis minggu ini, bersama dengan pidato dari sejumlah pejabat Fed, dapat memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter AS.

Selain itu, pasar menantikan pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+), yang dijadwalkan pada 1 Juni.

Keputusan terbaru dari kartel ini mengenai pemangkasan produksi yang sedang berlangsung akan menjadi fokus utama pasar. Perkembangan terbaru dari pertemuan ini dapat memberikan indikasi lebih jelas mengenai arah harga minyak di masa mendatang.

Secara keseluruhan, Fischer melihat kondisi pasar saat ini menunjukkan bahwa harga minyak mentah berpotensi untuk melanjutkan kenaikan dalam beberapa waktu ke depan, didukung faktor teknikal dan fundamental yang kuat.

Adapun pada perdagangan Selasa (21/5), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2024 ditutup melemah 1% ke US$ 82,88 per barel.

Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2024 ditutup turun 54 sen, atau 0,7% ke US$ 79,26 per barel. Sedangkan harga minyak WTI untuk kontrak pengiriman Juli 2024 yang lebih aktif, ditutup turun 64 sen ke US$ 78,66 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat