JAKARTA. Harga minyak mentah yang mulai memanas berpotensi memompa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meski, kemarin IHSG ditutup menyusut 0,4% menuju 4.916,06. Saham konsumer, properti, tambang, manufaktur, perdagangan dan infrastruktur kompak memerah. Harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Juli 2016 di bursa New York, hingga tadi malam pukul 21:10 WIB sudah menembus US$ 51,21 per barel. Ini adalah posisi terkuat harga minyak selama delapan bulan terakhir. Kepala Riset Yuanta Securities Indonesia, Kim Kwie Sjamsudin menilai, laju harga minyak bisa mengerek IHSG, asalkan kenaikannya tidak drastis. Jika kenaikan harga minyak tinggi, justru tak bagus bagi ekonomi Indonesia karena berefek ke inflasi.
Harga minyak bisa melicinkan laju IHSG
JAKARTA. Harga minyak mentah yang mulai memanas berpotensi memompa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meski, kemarin IHSG ditutup menyusut 0,4% menuju 4.916,06. Saham konsumer, properti, tambang, manufaktur, perdagangan dan infrastruktur kompak memerah. Harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Juli 2016 di bursa New York, hingga tadi malam pukul 21:10 WIB sudah menembus US$ 51,21 per barel. Ini adalah posisi terkuat harga minyak selama delapan bulan terakhir. Kepala Riset Yuanta Securities Indonesia, Kim Kwie Sjamsudin menilai, laju harga minyak bisa mengerek IHSG, asalkan kenaikannya tidak drastis. Jika kenaikan harga minyak tinggi, justru tak bagus bagi ekonomi Indonesia karena berefek ke inflasi.