JAKARTA. Tren bearish harga minyak mentah di pasar internasional masih berlanjut. Bahkan, koreksi harga minyak sudah berlangsung selama tujuh pekan beruntun. Mengutip Bloomberg, Senin (14/12) pukul 17:45 WIB, harga minyak kontrak Januari 2016 di bursa New York menyusut 0,87% ke US$ 35,31 per barel. Ini level terendah harga minyak sejak tahun 2009. Bahkan sepekan terakhir harga minyak anjlok 5,76%. Analis Millenium Penata Futures Suluh Adil Wicaksono menilai, minyak terus melemah akibat kecemasan pasar akan ancaman oversupply yang kian memuncak. Sebab, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) enggan memangkas produksi. Bahkan, OPEC mengirim sinyal menggenjot produksi. "Banjir pasokan ini diprediksi bertahan hingga akhir tahun depan," kata Suluh.
Prediksi suram tentang banjir suplai minyak datang dari Badan Energi Internasional (IEA). Walhasil, analis Samsung Futures Inc di Seoul, mengatakan, keadaan ini akan menyeret jatuh harga minyak hingga akhir tahun 2016. Hal ini berkaca dari minimnya peluang Arab Saudi dan Iran memangkas produksi. Faisyal, Research and Analyst Monex Investindo Futures, menambahkan, indikator ekonomi Tiongkok yang positif belum mampu mengangkat harga minyak. Dus, sulit berharap ada perubahan tren harga dalam waktu dekat. "Teranyar, pencabutan sanksi Iran kian di depan mata ketika pasokan dibuka, harga pasti terpuruk lagi," jelas Faisyal.