Harga minyak Brent naik 1,22% dan WTI naik 0,97% pada perdagangan pra-Natal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia merangkak naik pada perdagangan terakhir sebelum libur Natal, Selasa (24/12). Terkerek pernyataan Rusia yang menegaskan kerja sama dengan OPEC untuk pengurangan pasokan akan terus berlanjut.

Sentimen ini di tengah optimisme bahwa Amerika Serikat (AS) dan China dapat menyelesaikan perjanjian perdagangan.

Mengutip Bloomberg, minyak Brent pengiriman Februari 2020 ke level US$ 67,20 per barel atau naik 1,22% dari sesi sebelumnya. Sekaligus menembus rekor harga tertinggi.


Baca Juga: Harga minyak naik meski ada potensi produksi Zona Netral Saudi-Kuwait

Sementara, minyak West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Februari 2020 ke level US$ 61,11 per barel atau naik 0,97%. Berada di dekat level harga tertinggi US$ 61,18 per barel pada Kamis (19/12).

Negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC dan Rusia akan melanjutkan kerja sama mereka selama "efektif dan membawa hasil," kata menteri energi Rusia Alexander Novak dalam sebuah wawancara pada hari Senin.

OPEC dan sekutu sepakatnya pada November untuk memperpanjang dan memperdalam pembatasan produksi sejak 2017. Di bawah pengurangan produksi, sebanyak 2,1 juta barel per hari (bpd) dapat dikeluarkan dari pasar, atau sekitar 2% dari permintaan global.

Namun, OPEC perlu berbuat lebih banyak untuk menyeimbangkan pasar secara berkelanjutan, Bjornar Tonhaugen, kepala penelitian pasar minyak di Rystad Energy, mengatakan dalam sebuah catatan.

Baca Juga: Harga minyak menguat tipis jelang libur

"Pemotongan OPEC tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah - sebaliknya mereka menawarkan ‘perban’ ringan untuk melewati kuartal pertama 2020," kata Tonhaugen.

Pasar juga naik karena Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa ia dan Presiden China Xi Jinping akan mengadakan penandatanganan untuk fase pertama dari kesepakatan perdagangan yang disepakati bulan ini.

Asal tahu, ketegangan perdagangan antara kedua negara telah membebani pasar minyak karena kekhawatiran perlambatan pertumbuhan permintaan minyak. Namun, pasar menghadapi tantangan dari meningkatnya pasokan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto