Harga Minyak Brent Stabil Menjelang Keputusan Produksi Minyak OPEC+



KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak mentah berjangka Brent stabil pada hari Jumat. Para trader pasar komoditas energi menunggu pertemuan OPEC+ yang dapat menghasilkan kesepakatan mengenai pengurangan pasokan lebih lanjut.

Jumat (24/11) pukul 16.13 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent turun 8 sen atau 0,1% menjadi US$ 81,34 per barel, setelah turun 0,7% di hari sebelumnya.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate Amerika Serikat (AS) kehilangan 70 sen atau 0,91% dari penutupan hari Rabu menjadi US$ 76,40 per barel. Tidak ada penyelesaian untuk WTI pada hari Kamis karena hari libur AS.


Kedua kontrak tersebut berada di jalur yang tepat untuk mencatat kenaikan mingguan pertamanya dalam lima minggu. Kenaikan harga minyak didukung oleh beberapa harapan bahwa kelompok produsen OPEC+ yang dipimpin Saudi dapat mengurangi pasokan untuk menyeimbangkan pasar hingga tahun 2024.

Baca Juga: Kemenkeu Telah Bayar Subsidi & Kompensasi Energi Rp 232,8 Triliun Hingga Oktober 2023

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, mengejutkan pasar dengan pengumuman pada hari Rabu bahwa mereka akan menunda pertemuan tingkat menteri selama empat hari hingga 30 November setelah produsen kesulitan mencapai konsensus mengenai tingkat produksi.

“Hasil yang paling mungkin terjadi saat ini adalah perpanjangan dari pemotongan yang sudah ada,” tulis analis IG Tony Sycamore dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.

Penundaan yang mengejutkan ini awalnya membuat harga Brent berjangka turun sebanyak 4% dan WTI sebanyak 5% dalam perdagangan intraday hari Rabu. Perdagangan tetap lesu karena libur Thanksgiving di Amerika Serikat.

Baca Juga: Harga Minyak Brent Naik Menjelang Keputusan Produksi OPEC+, Jumat (24/11)

Sementara itu, prospek ekonomi jangka pendek di China mendukung sentimen pasar.

Data China baru-baru ini dan bantuan baru kepada sektor properti yang berutang bisa menjadi positif bagi tren jangka pendek pasar minyak, menurut analis CMC Markets Tina Teng.

Namun, kenaikan tersebut dapat dibatasi oleh stok minyak mentah AS yang lebih tinggi dan margin penyulingan yang buruk. Kedua hal tersebut menyebabkan melemahnya permintaan dari kilang-kilang AS, kata para analis.

“Perkembangan fundamental bersifat bearish dengan meningkatnya persediaan minyak AS,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Baca Juga: BPH Migas Pantau Pendistribusian BBM Subsidi dan Minyak Tanah di Sorong

Namun, prospek jangka panjang China masih suram. Para analis mengatakan pertumbuhan permintaan minyak bisa melemah menjadi sekitar 4% pada paruh pertama tahun 2024 karena krisis di sektor properti membebani penggunaan solar.

Pertumbuhan produksi non-OPEC diprediksikan akan tetap kuat. Perusahaan energi negara Brasil, Petrobras, berencana untuk menginvestasikan US$ 102 miliar selama lima tahun ke depan untuk meningkatkan produksi menjadi 3,2 juta barel setara minyak per hari (boepd) pada tahun 2028, naik dari 2,8 juta boepd pada tahun 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati