Harga minyak Brent tergelincir kekhawatiran virus corona dan dolar AS yang kuat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah turun tipis pada penutupan perdagangan awal pekan ini. Sentimen utama pada pelemahan minyak datang dari penguatan dolar Amerika Serikat serta kekhawatiran atas melonjaknya kasus Covid-19 di seluruh dunia dan lambannya efek vaksinasi terhadap virus corona.

Sentimen negatif tersebut berhasil menutup katalis positif dari pertumbuhan ekonomi China yang lebih baik dari proyeksi awal. 

Senin (18/1), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2021 ditutup melemah 34 sen atau 0,62% menjadi US$ 54,76 per barel. 


Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2021 turun 19 sen, atau 0,4% menjadi US$ 52,17 per barel.

Baca Juga: Inilah Proyeksi Harga Minyak Mentah di 2021-2022 Versi EIA

"Kekhawatiran ekonomi yang disebabkan oleh virus corona, dolar AS yang lebih kuat dan sentimen investor yang lebih pesimistis semuanya memainkan peran mereka dalam fakta bahwa Brent diperdagangkan sekitar US$ 3 lebih rendah daripada harga pada Rabu pekan lalu," kata analis Commerzbank Eugen Weinberg.

Harga minyak acuan telah menguat dalam beberapa minggu terakhir, didukung oleh peluncuran vaksin Covid-19 dan penurunan mengejutkan dalam produksi minyak Arab Saudi. Tetapi lambannya vaksinasi dan efeknya telah menimbulkan keraguan tentang seberapa cepat perekonomian dapat pulih.

Seorang pejabat Inggris mengatakan, peluncuran vaksin Inggris dibatasi oleh proses manufaktur yang lumpuh. Belum lagi Pfizer Inc mengatakan, mereka mendistribusikan lebih sedikit dosis vaksinnya di Eropa pada Januari daripada yang dikontrak semula. 

"Kampanye vaksinasi, meskipun sedang berlangsung, trenyata mendapat masalah dalam kecepatan yang dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan global pada kuartal pertama dan peningkatan permintaan minyak akan lambat," kata kepala pasar minyak Rystad Energy Bjornar Tonhaugen.

Di sisi lain, dolar AS kembali menguat untuk hari ketiga berturut-turut pada awal pekan ini ke level tertinggi empat minggu. Hal ini turut membebani harga minyak mentah. 

Minyak mentah yang biasanya dihargai dalam the greenback, menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Tekanan bagi minyak bertambah karena kekhawatiran keamanan menjelang pelantikan presiden AS minggu ini juga menyeret sentimen investor, kata analis PVM Oil Tamas Varga.

Baca Juga: Harga CPO kembali turun, pelaku pasar tunggu arah ekonomi tahun ini

"Selain virus corona yang mengamuk, ketegangan pelantikan presiden pekan ini juga bisa menimbulkan keresahan di kalangan investor," kata Varga.

Padahal, di saat yang sama, data China menunjukkan ekonomi importir minyak terbesar dunia ini berhasil mempercepat pemulihannya dari pandemi Covid-19.

Harga juga mendapat dukungan dalam penurunan produksi minyak Libya, dengan Perusahaan Minyak Waha mengurangi produksi hingga 200.000 barel per hari karena pemeliharaan pada pipa utama yang menghubungkan ladang minyak Al-Samah dan Al-Dhahra ke pelabuhan Es Sider.

Selanjutnya: Soal distribusi vaksin Covid-19, WHO: Dunia di tepi jurang kegagalan moral

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari