KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terpantau bergerak pada tren
bearish. Sinyal positif dari gencatan senjata di Lebanon dan data ekonomi terbaru China yang suram menjadi katalis yang membebani pergerakan harga minyak. Berdasarkan data Bloomberg, pada Kamis (28/11) pukul 11.10 WIB harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari 2025 ada di US$ 68,58 per barel, turun 0,2% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 68,72 per barel. Research and Development ICDX Yoga Girta menuturkan, kesepakatan gencatan senjata di Lebanon dimulai hari Rabu. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menyambut baik kesepakatan damai tersebut dan berharap gencatan senjata di Lebanon akan bersifat permanen.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Rabu (27/11), di Tengah Kenaikan Mengejutkan Stok Bensin AS "Tercapainya kesepakatan yang ditengahi oleh AS dan Prancis itu meredakan risiko geopolitik di wilayah Timur Tengah tersebut," tulisnya dalam riset, Kamis (28/11). Dari China, Biro Statistik Nasional (NBS) pada hari Rabu turut merilis data ekonomi yang menunjukkan laba industri bulan Oktober turun sebesar 10% secara YoY. Meskipun tidak setajam penurunan pada bulan September yang mencapai 27%, tetapi ancaman tarif tambahan yang akan dijalankan oleh AS berpotensi menghambat pertumbuhan sektor industri China lebih lanjut pada tahun depan. Sementara itu, eskalasi konflik di Ukraina masih terus berlanjut. Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Rabu mengatakan telah menguasai wilayah permukiman Nova Illinka dan berencana menjadikan kota Kurakhove dan Pokrovsk sebagai target berikutnya. Dua pejabat AS pada hari Rabu mengatakan bahwa saat ini tim administrasi Biden tengah mempersiapkan paket bantuan senjata senilai US$ 725 juta untuk Ukraina, yang akan diajukan secara resmi kepada Kongres paling cepat pada hari Senin nanti. Turut mendukung harga, dari sisi pasokan, badan statistik EIA pada Rabu malam merilis laporan mingguan yang menunjukkan stok minyak mentah turun sebesar 1,84 juta barel untuk pekan yang berakhir 22 November. Angka itu lebih besar dari estimasi awal yang memperkirakan penurunan sebesar 1,1 juta barel.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Setelah Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Lebanon Untuk stok bensin melonjak naik sebesar 3,31 juta barel, jauh melebihi prediksi awal yang memperkirakan kenaikan sebesar 200.000 barel. "Laporan EIA tersebut mengindikasikan permintaan minyak yang kuat di pasar energi AS, dan sekaligus mengantisipasi lonjakan permintaan bahan bakar seiring dengan dimulainya libur perayaan Hari Thanksgiving di AS pada pekan ini," terang Yoga. Masih dari AS, perusahaan layanan jasa energi Baker Hughes merilis laporan mingguan pada hari Rabu yang menunjukkan jumlah rig minyak dan gas AS turun menjadi 582 rig untuk pekan yang berakhir 27 November. Angka itu merupakan penurunan pertama sejak awal Oktober dan sekaligus merupakan level terendah sejak September.
"Penurunan jumlah rig mengindikasikan potensi penurunan pasokan di AS dalam masa mendatang," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi