Harga Minyak Diperkirakan Catat Penurunan Mingguan, Imbas Kekhawatiran permintaan



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak naik pada hari Jumat tetapi diperkirakan mencatat penurunan mingguan empat minggu berturut-turut, karena tanda-tanda pertumbuhan permintaan bahan bakar global yang mengecewakan melebihi kekhawatiran akan gangguan pasokan.

Mengutip Reuters, Jumat (2/8), harga minyak mentah berjangka Brent naik 55 sen, atau 0,7%, menjadi US$ 80,08 per barel pada 0707 GMT, sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik 57 sen, atau 0,8%, menjadi US$ 76,89 per barel.

Kedua benchmark tersebut telah turun sekitar 7,3% selama empat minggu terakhir, yang merupakan penurunan mingguan terpanjang berturut-turut pada tahun ini.


Data ekonomi yang mengecewakan dari negara importir minyak utama China dan survei yang menunjukkan melemahnya aktivitas manufaktur di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat meningkatkan risiko pemulihan ekonomi global yang lemah dan akan membebani konsumsi minyak.

Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Melemah Lebih dari US$ 1, Brent Kembali ke Bawah US$ 80

“Lalu lintas jalan raya di China mengalami penurunan musiman selama tiga tahun berturut-turut,” kata analis di ANZ dalam sebuah catatan. 

"Data ekonomi AS yang lebih lemah menunjukkan melemahnya prospek permintaan minyak."

Menurunnya aktivitas manufaktur di China juga menghambat harga, menambah kekhawatiran terhadap pertumbuhan permintaan setelah data bulan Juni menunjukkan impor dan aktivitas pengilangan lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Impor minyak mentah Asia turun pada bulan Juli ke level terendah dalam dua tahun terakhir, melemahnya permintaan di Tiongkok dan India, menurut data dari LSEG Oil Research.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Stabil karena OPEC Tetap pada Kebijakan Minyaknya

Investor minyak juga dengan hati-hati mengamati perkembangan di Timur Tengah, di mana pembunuhan para pemimpin senior kelompok militan Hamas dan Hizbullah yang bersekutu dengan Iran memicu kekhawatiran bahwa kawasan itu mungkin berada di ambang perang habis-habisan, dan mengancam akan mengganggu pasokan.

“Meningkatnya ketegangan geopolitik tercermin dalam meningkatnya premi untuk opsi beli karena para pedagang mengambil pandangan bahwa harga akan naik,” kata ANZ.

ANZ menambahkan bahwa pembelian kontrak opsi beli Brent naik ke volume tertinggi sejak April.

"Volatilitas tersirat minyak dalam tiga bulan naik menjadi 26,6% dari level terendah 22,6% pada pertengahan Juli." 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi