KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak diperkirakan berada di jalur kenaikan selama dua minggu berturut-turut setelah pemangkasan besar suku bunga AS dan penurunan stok global. Mengutip
Reuters, harga minyak berjangka Brent, yang diperdagangkan 19 sen atau 0,3% lebih rendah pada $ 73,69 per barel pada pukul 00.27 GMT pada Jumat (20/9), naik 4,3% minggu ini. Sedangkan harga minyak mentah WTI, yang naik 6 sen pada US$ 72,01 per barel, telah mencatat kenaikan mingguan sebesar 4,8%.
Baca Juga: Harga Minyak Melanjutkan Rally Jumat (20/9) Pagi, Didorong Pemangkasan Suku Bunga AS Harga
benchmark telah pulih setelah jatuh ke posisi terendah hampir tiga tahun pada tanggal 10 September, dan telah mencatat kenaikan dalam lima dari tujuh sesi sejak saat itu. Bank sentral AS memangkas suku bunga 0,5% pada hari Rabu. Pemangkasan suku bunga biasanya meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan energi, tetapi beberapa pihak juga melihat pemangkasan besar tersebut sebagai tanda pasar tenaga kerja AS yang lemah. Data pemerintah AS menunjukkan, persediaan minyak mentah di AS, produsen minyak terbesar di dunia, turun ke level terendah dalam satu tahun minggu lalu. Analis Citi menyebut, defisit pasar minyak yang berlawanan dengan musim sekitar 400.000 barel per hari (bpd) akan mendukung harga minyak mentah Brent dalam kisaran US$ 70 hingga US$ 75 per barel selama kuartal berikutnya, tetapi harga tambahan dapat anjlok pada tahun 2025.
Baca Juga: Harga Minyak Terdongkrak Sentimen Pemangkasan Suku Bunga Harga minyak mentah juga didukung oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Walkie-talkie yang digunakan oleh kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, meledak pada hari Rabu menyusul ledakan pager serupa pada hari sebelumnya. Sumber keamanan mengatakan badan mata-mata Israel, Mossad, bertanggung jawab, tetapi pejabat Israel tidak mengomentari serangan tersebut. Permintaan yang lemah dari ekonomi China yang melambat membebani harga, dengan produksi kilang di China melambat selama lima bulan pada bulan Agustus. Pertumbuhan produksi industri China juga melambat ke titik terendah dalam lima bulan bulan lalu, dan penjualan eceran serta harga rumah baru semakin melemah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi