Harga Minyak Ditutup Ambles 5% ke Level Terendah Lebih dari 1 Tahun



KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak sempat jatuh lebih dari US$ 5 per barel ke level terendah dalam lebih dari 1 tahun karena kegelisahan atas Credit Suisse yang membuat pasar global ketakutan dan mengimbangi harapan pemulihan permintaan minyak China.

Rabu (15/3), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2023 ditutup turun US$ 3,76 atau 4,9% ke US$ 73,69 per barel.

Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2023 turun US$ 3,72, atau 5,2% ke US$ 67,61 per barel dan menembus level teknis US$ 70 dan US$ 68 dan memperpanjang aksi jual.


Volatilitas di Brent dan WTI mencapai level tertinggi dalam lebih dari satu tahun dan keduanya memasuki wilayah oversold secara teknis pada hari Rabu.

Pada hari Selasa, kedua tolok ukur turun lebih dari 4%, tertekan oleh kekhawatiran bahwa jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) di pekan lalu dan kegagalan bank AS lainnya dapat memicu krisis keuangan yang akan membebani permintaan bahan bakar.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Anjlok 5%, Kekhawatiran pada Sektor Perbankan Meningkat

Tanda-tanda awal kembalinya stabilitas pasar memudar setelah investor terbesar Credit Suisse mengatakan tidak dapat memberi lebih banyak bantuan keuangan kepada bank asal Swiss tersebut. Hal ini membuat sahamnya dan ekuitas di kawasan Eropa lainnya merosot.

"Tidak peduli apa aset risiko Anda: pada titik ini orang-orang menarik diri dari instrumen yang berbeda di sini," kata Robert Yawger, Director of Energy Futures Mizuho di New York.

"Tidak ada yang ingin pulang dengan posisi besar pada apa pun hari ini. ... Anda benar-benar tidak punya tempat untuk bersembunyi."

Kedua tolok ukur minyak mentah mencapai level terendah sejak Desember 2021 dan telah jatuh selama tiga hari berturut-turut.

Hedge fund dilikuidasi karena kenaikan suku bunga dan ketidakpastian ekonomi, kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial, menambahkan bahwa tekanan berat pada saham AS Rabu pagi menambah likuidasi dana dalam minyak mentah.

Di sisi lain, indeks dolar AS juga menguat terhadap sekeranjang mata uang, membuatnya lebih mahal bagi pemegang mata uang tersebut untuk membeli minyak mentah.

Menambah sentimen bearish di pasar, stok minyak mentah AS naik 1,6 juta barel pekan lalu, data pemerintah menunjukkan. Ini lebih dari perkiraan kenaikan 1,2 juta barel dalam jajak pendapat Reuters dari para analis.

Baca Juga: Wall Street Melemah Terseret Isu Credit Suisse yang Picu Aksi Jual Saham Perbankan

Stacey Morris, kepala riset energi di perusahaan analitik data VettaFi, mengatakan harga minyak akan tetap lemah dalam jangka pendek, mengingat ketidakpastian saat ini, menambahkan bahwa mungkin ada peluang pembelian.

Minyak telah menguat di awal sesi pada angka yang menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi China meningkat dalam dua bulan pertama tahun 2023 setelah berakhirnya langkah-langkah penahanan COVID-19 yang ketat.

Laporan bulanan hari Rabu dari International Energy Agency (IEA) memberikan dukungan dengan menandai dorongan yang diharapkan untuk permintaan minyak dari China, sehari setelah OPEC meningkatkan perkiraan permintaan China untuk tahun 2023.

"Kami benar-benar telah melihat pasar minyak memisahkan diri dari persediaan minyak dan kami lebih fokus pada kehancuran ekonomi global yang lebih besar," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group.

Editor: Anna Suci Perwitasari