KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak anjlok 1% karena inflasi Amerika Serikat (AS) yang berkepanjangan membebani permintaan bahan bakar. Selasa (21/5), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2024 ditutup melemah 1% ke US$ 82,88 per barel. Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juni 2024 ditutup turun 54 sen, atau 0,7% ke US$ 79,26 per barel. Sedangkan harga minyak WTI untuk kontrak pengiriman Juli 2024 yang lebih aktif, ditutup turun 64 sen ke US$ 78,66 per barel.
Sentimen bagi minyak datang karena potensi biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak. “Pasar sangat fokus pada permintaan bensin di AS karena ada tanda-tanda bahwa konsumen mengurangi konsumsi karena inflasi. Jika hal ini tidak terjadi, pasar memperkirakan keadaan akan menjadi sedikit suram,” kata Phil Flynn, analis Price Grup Berjangka. Baca Juga:
Harga Minyak Rebound Usai Terkoreksi Cukup Dalam, Bagaimana Prospeknya ke Depan? Menjelang liburan Memorial Day di akhir pekan ini, yang mengawali puncak musim mengemudi pada musim panas di AS, harga bensin eceran turun untuk minggu keempat berturut-turut menjadi US$ 3,58 per galon pada hari Senin, kata Energy Information Administration (EIA) dalam pembaruan harga bensin dan solar. AS akan menjual hampir 1 juta barel bensin sebagai cadangan di negara bagian timur laut, dengan penawaran yang akan jatuh tempo pada 28 Mei, kata Departemen Energi pada hari Selasa. Menurut EIA, harga solar di AS juga merosot 5,9 sen pada minggu ini di hari Senin (20/5), menjadi US$ 3,89 per galon. Diesel merupakan produk penyulingan utama baik untuk sektor industri maupun transportasi. Investor sedang menunggu risalah pertemuan kebijakan terakhir The Fed yang dijadwalkan pada hari Rabu, serta data mingguan persediaan minyak AS dari EIA, yang juga akan dirilis pada hari Rabu. "Tidak ada apa pun di pasar saat ini yang mendorong harga lebih tinggi. Jika kita melihat sedikit penurunan stok besok, hal itu dapat membantu mendorong harga kembali ke kisaran US$ 78,50-US$ 80 per barel," kata Tim Snyder, ekonom di Matador Economics. Persediaan minyak mentah dan bensin AS naik minggu lalu, sementara persediaan minyak sulingan turun, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada hari Selasa. Angka-angka API menunjukkan stok minyak mentah naik 2,48 juta barel dalam pekan yang berakhir 17 Mei, kata sumber yang tidak mau disebutkan namanya. Persediaan bensin naik 2,1 juta barel, dan sulingan turun 320.000 barel. Dua pengambil kebijakan Federal Reserve pada hari Selasa mengatakan adalah bijaksana bagi bank sentral AS untuk menunggu beberapa bulan lagi untuk memastikan bahwa inflasi kembali ke target 2% sebelum memulai penurunan suku bunga.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Menguat: S&P 500 dan Nasdaq Cetak Rekor Penutupan Tertinggi Baru Di sisi lain, prospek perekonomian di Eropa lebih positif. Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagardesa mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa dia "sangat yakin" bahwa inflasi zona euro terkendali.
ECB telah menjanjikan penurunan suku bunga pada tanggal 6 Juni, sehingga para pembuat kebijakan telah mengalihkan perhatian mereka ke perdebatan mengenai arah suku bunga setelahnya. Pasar nampaknya sebagian besar tidak terpengaruh oleh kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi, dalam kecelakaan helikopter pada hari Minggu. Struktur kontrak Brent melemah sebagai indikasi pasar yang lebih lemah dan pasokan yang kuat. Premi kontrak Brent bulan depan terhadap kontrak bulan kedua LCOc1-LCOc2 menyempit menjadi 10 sen, yang merupakan level terlemah sejak Januari.
Editor: Anna Suci Perwitasari