KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak anjlok dan ditutup melemah hampir 5% ke level terendah dalam hampir sembilan bulan. Sentimen utama datang dari tanda-tanda kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa yang telah menghentikan produksi dan ekspor minyak mentah Libya. Selasa (3/9), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2024 ditutup turun US$ 3,77 atau 4,9% ke US$ 73,75 per barel. Ini jadi level terendah sejak 12 Desember 2023. Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) yang tidak ditutup pada hari Senin karena libur Hari Buruh AS, turun US$ 3,21, atau 4,4% ke US$ 70,34 per barel, juga level terendah sejak Desember 2023.
Brent terlihat turun 0,3% di pekan lalu, sementara WTI ditutup anjlok 1,7% dalam sepekan. Sentimen utama bagi minyak datang setelah Badan legislatif Libya sepakat untuk menunjuk gubernur bank sentral baru dalam waktu 30 hari setelah pembicaraan yang disponsori PBB, sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh perwakilan badan-badan tersebut mengatakan pada hari Selasa. Baca Juga:
Wall Street Anjlok: S&P 500, Dow & Nasdaq Catat Persentase Penurunan Harian Terburuk Ekspor minyak Libya di pelabuhan-pelabuhan utama dihentikan pada hari Senin dan produksi dibatasi di seluruh negeri, enam teknisi mengatakan kepada Reuters, melanjutkan kebuntuan antara faksi-faksi politik yang bersaing atas kendali bank sentral dan pendapatan minyak. Spekulasi tentang kesepakatan memicu momentum penjualan, kata Ole Hansen, seorang analis di Saxo Bank. National Oil Corp (NOC) Libya mengumumkan force majeure pada ladang minyak El Feel sejak 2 September. Total produksi telah anjlok menjadi sedikit lebih dari 591.000 barel per hari (bpd) pada 28 Agustus dari hampir 959.000 bpd pada 26 Agustus, kata NOC. Produksi berada pada sekitar 1,28 juta bpd pada 20 Juli, kata perusahaan itu. Menjelang berita tentang kemungkinan kembalinya pasokan Libya ke pasar, harga telah jatuh karena keyakinan bahwa permintaan sedang melemah karena pertumbuhan ekonomi yang lamban di China, importir minyak mentah terbesar di dunia. "PMI manufaktur China yang lebih lemah dari perkiraan selama akhir pekan kemungkinan memperburuk kekhawatiran tentang kinerja ekonomi Tiongkok," kata Charalampos Pissouros, analis investasi senior di pialang XM. China melaporkan pada hari Senin bahwa pesanan ekspor baru turun untuk pertama kalinya dalam delapan bulan pada bulan Juli dan bahwa harga rumah baru naik pada bulan Agustus pada laju paling lemah di tahun ini.
Baca Juga: 3 Saham Pilihan Warren Buffett yang Cocok Dibeli pada Bulan September Sementara itu, harapan bahwa musim mengemudi AS akan mendorong harga ke level tertinggi baru tahun 2024 musim panas ini juga gagal terwujud, kata Fawad Razaqzada, seorang analis pasar di Forex.
Harga bensin berjangka AS turun hampir 6% ke level terendah sejak Desember 2021, karena akhir musim mengemudi musim panas membebani permintaan bahan bakar motor tersebut. "Fakta bahwa data terbaru tidak menunjukkan tanda-tanda percepatan permintaan impor di China, Eropa atau Amerika Utara menunjukkan situasi di mana pasar minyak tidak akan seketat yang diharapkan beberapa bulan lalu," kata Razaqzada. Sebagian pasokan akan kembali ke pasar karena delapan anggota OPEC dan afiliasinya, yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari pada bulan Oktober. Rencana tersebut kemungkinan akan terus berlanjut terlepas dari kekhawatiran permintaan, kata sumber industri. Gangguan aliran pasokan dari Timur Tengah setelah dua kapal tanker minyak diserang pada hari Senin di Laut Merah di lepas pantai Yaman tidak cukup untuk mendongkrak harga. Kapal tanker tersebut tidak mengalami kerusakan besar.
Editor: Anna Suci Perwitasari