KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak turun lebih dari US$ 2 di akhir pekan ke level terendah sejak pertengahan Juni 2024 karena investor mengamati kemungkinan gencatan senjata di Gaza. Di sisi lain, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) mendorong harga minyak semakin turun. Jumat (19/7), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman September 2024 ditutup turun US$2,48 atau 2,9% ke US$ 82,63 per barel. Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2024 ditutup melemah US$ 2,69 atau 3,3% menjadi US$ 80,13 per barel.
Sentimen bagi harga minyak terjadi setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, gencatan senjata yang telah lama diupayakan antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas sudah di depan mata. “Saya yakin kita berada dalam garis 10 yard dan bergerak menuju garis gawang dalam mencapai kesepakatan yang akan menghasilkan gencatan senjata, memulangkan para sandera, dan menempatkan kita pada jalur yang lebih baik dalam upaya membangun perdamaian dan stabilitas abadi,” kata Blinken, menggunakan analogi sepak bola.
Baca Juga: Kapal Tanker Membawa 2 Juta Barel Minyak Mentah Iran Tabrakan di Dekat Singapura Perang di Gaza telah menyebabkan para investor memperhitungkan premi risiko ketika memperdagangkan minyak, karena ketegangan mengancam pasokan global. Jika gencatan senjata tercapai, pemberontak Houthi yang didukung Iran dapat mengurangi serangan terhadap kapal komersial di Laut Merah, karena kelompok tersebut menyatakan serangan tersebut untuk mendukung Hamas. “Geopolitik mulai sedikit mereda sehingga hal ini akan menguntungkan kita, menyusul berita gencatan senjata ini,” kata Tim Snyder, kepala ekonom di Matador Economics. Mahkamah tertinggi PBB mengatakan, pendudukan Israel atas wilayah Palestina dan pemukiman di sana adalah ilegal dan harus dicabut sesegera mungkin, sehingga semakin meningkatkan harapan berakhirnya konflik tersebut. Di sisi lain, indeks dolar AS naik setelah data pasar tenaga kerja dan manufaktur AS yang lebih kuat dari perkiraan minggu ini, sehingga menekan harga minyak, kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group. Dengan dolar AS yang lebih kuat mengurangi permintaan minyak dalam mata uang dolar AS dari pembeli yang memegang mata uang lainnya. Para pejabat China mengakui bahwa daftar tujuan ekonomi yang ditekankan kembali pada akhir pertemuan Partai Komunis minggu ini mengandung “banyak kontradiksi yang kompleks”, yang menunjukkan adanya jalan bergelombang dalam implementasi kebijakan. Perekonomian China tumbuh lebih lambat dari perkiraan sebesar 4,7% pada kuartal kedua, menurut data resmi. Sehingga memicu kekhawatiran atas permintaan minyak negara tersebut. Memberikan dukungan pada harga minyak, perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan, rig minyak turun satu menjadi 477 minggu ini, terendah sejak Desember 2021.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Turun Jumat (19/7) Siang, Brent ke US$84,70 dan WTI ke US$82,33 Pemadaman teknologi global mengganggu operasional di berbagai industri, dengan maskapai penerbangan menghentikan penerbangan, beberapa lembaga penyiaran tidak mengudara, dan sektor perbankan hingga layanan kesehatan terkena masalah sistem. Sementara itu, dua kapal tanker minyak berukuran besar terbakar setelah bertabrakan di dekat Singapura. Singapura adalah pusat perdagangan minyak terbesar di Asia dan pelabuhan bunker terbesar di dunia. Perairan di sekitarnya merupakan jalur perdagangan penting antara Asia dan Eropa serta Timur Tengah dan merupakan salah satu jalur laut global tersibuk.
Editor: Anna Suci Perwitasari