KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak merosot lebih rendah pada akhir perdagangan setelah serangan Iran terhadap Israel pada akhir pekan terbukti tidak terlalu merusak dibandingkan yang diperkirakan. Hal itu mengurangi kekhawatiran akan konflik yang semakin intensif yang dapat menyeret produksi minyak mentah. Senin (15/4), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk pengiriman Juni 2024 ditutup melemah 0,4% menjadi US$ 90,10 per barel. Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei 2024, ditutup turun 25 sen atau 0,3% ke US$ 85,41 per barel,
Harga minyak turun lebih dari US$ 1 per barel di awal sesi sebelum mengurangi beberapa kerugian setelah Reuters melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memanggil kabinet perangnya untuk kedua kali dalam waktu kurang dari 24 jam, mengutip sumber pemerintah. Harga minyak acuan telah meningkat pada hari Jumat untuk mengantisipasi serangan balasan Iran, dengan harga melonjak ke level tertinggi sejak Oktober 2023. Intersepsi Israel terhadap serangan Iran, yang melibatkan lebih dari 300 rudal dan drone, meredakan kekhawatiran akan konflik regional yang mempengaruhi lalu lintas minyak melalui Timur Tengah. Baca Juga:
Konflik Iran-Israel Panaskan Harga Minyak, Harga BBM Akan Naik? “Keberhasilan pertahanan Israel menyiratkan bahwa risiko geopolitik telah berkurang secara signifikan,” kata Bob Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho Bank. Data penjualan ritel AS yang kuat dari Departemen Perdagangan juga menghambat harga minyak, tambah Yawger. Hal itu meningkatkan kemungkinan bahwa suku bunga AS akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dan mengurangi permintaan minyak. “Istilah kunci dalam keseluruhan skenario ini adalah penghancuran permintaan,” kata Yawger. Di Timur Tengah, pernyataan Iran bahwa pembalasannya telah berakhir telah semakin menurunkan suhu geopolitik, kata analis Kpler, Viktor Katona. Sementara itu John Evans dari pialang minyak PVM mengatakan, serangan drone dan rudal Iran adalah "seperti peristiwa dunia yang dapat diingat oleh orang-orang." Serangan tersebut, yang oleh Iran disebut sebagai pembalasan atas serangan udara terhadap konsulatnya di Damaskus, hanya menyebabkan kerusakan ringan, dengan rudal yang ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel. Iran memproduksi lebih dari 3 juta barel minyak mentah per hari sebagai produsen utama dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Permusuhan di Timur Tengah yang berpusat pada konflik Israel-Hamas di Gaza sejauh ini hanya berdampak kecil terhadap pasokan minyak.
Baca Juga: Meski Ada Sejumlah Tantangan, Harga CPO Diramal Akan Tetap Positif hingga Akhir Tahun “Jika krisis ini tidak meningkat ke titik yang menciptakan gangguan pasokan, maka akan ada risiko penurunan seiring berjalannya waktu, namun hal ini hanya terjadi jika sudah jelas bahwa Israel telah memilih respons yang terukur,” kata Amrita Sen, pendiri dan direktur penelitian di Energy Aspects. Di sisi lain, meningkatnya produksi minyak AS juga membebani harga minyak, dimana Energy Information Administration (EIA) AS mengatakan produksi dari wilayah penghasil minyak serpih terbesar akan meningkat lebih dari 16.000 barel per hari (bph) menjadi 9,86 juta barel per hari, atau level tertinggi dalam lima bulan.
Editor: Anna Suci Perwitasari