Harga Minyak Ditutup Melonjak 1% Berkat Pasokan Global yang Ketat



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah ditutup melonjak sekitar 1%, dengan minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) berada di level tertinggi dalam 13 minggu di tengah kekhawatiran pasokan, termasuk tidak ada kesepakatan nuklir dengan Iran, dan prospek pertumbuhan permintaan di China.

Selasa (7/6), harga minyak mentah jenis Brent berjangka untuk kontrak pengiriman Agustus 2022 ditutup naik US$ 1,06 atau 0,9% ke US$ 120,57 per barel, tertinggi sejak 31 Mei.

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2022 ditutup menguat 91 sen atau 0,8% menjadi US$ 119,41 per barel. Ini jadi harga penutupan tertinggi sejak 8 Maret, yang menyamai level pentupan pada Agustus 2008.


Para analis yang di survei Reuters memperkirakan persediaan minyak mentah AS turun pekan lalu. Penurunan stok minyak mentah lebih lanjut dapat mendukung harga.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik, Brent ke US$ 120,27 dan WTI ke US$ 119,33

American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, segera mengeluarkan laporan inventarisnya. Sedangkan Energy Information Administration (EIA) melaporkan Rabu (8/6) pada 10:30 EDT (1430 GMT).

Robert Yawger, Executive Director of Energy Futures Mizuho ​​mengatakan, "beberapa angka" dalam laporan EIA "dalam jarak mencolok dari posisi terendah historis," termasuk kemungkinan penyimpanan minyak mentah untuk AS, penyimpanan minyak mentah di Cushing, Oklahoma dan penyimpanan minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve.

Di sisi lain, AS mengungkapkan, tuntutan Iran tentang pencabutan sanksi mencegah kemajuan dalam kebangkitan kembali kesepakatan nuklir 2015. Analis mengatakan kesepakatan bisa menambah 1 juta barel per hari pasokan minyak dunia.

EIA AS memproyeksikan produksi minyak mentah AS dan permintaan minyak akan meningkat pada 2022.

Harga juga mendapat dukungan dari ekspektasi permintaan akan pulih di China, di mana ibu kota Beijing dan pusat komersial Shanghai telah kembali normal setelah dua bulan lockdown.

Para analis juga meragukan pasokan minyak global akan meningkat pesat menyusul keputusan OPEC+ minggu lalu untuk memajukan peningkatan produksi.

Peningkatan kuota dari OPEC+, lebih rendah dari kehilangan minyak mentah Rusia akibat sanksi Barat, kata para analis. Selain itu, penambahan itu juga gagal mengatasi kekurangan produk minyak.

Baca Juga: Wall Street Melesat Ditopang Saham di Sektor Teknologi dan Energi

CEO Trafigura mengatakan harga minyak bisa segera mencapai US$ 150 per barel dan naik lebih tinggi tahun ini, dengan kehancuran permintaan kemungkinan pada akhir tahun.

Goldman Sachs meningkatkan perkiraan harga minyak Brent sebesar US$ 10 menjadi US$ 135 per barel untuk periode antara paruh kedua 2022 dan paruh pertama tahun 2023. Alasannya, defisit pasokan struktural yang belum terselesaikan.

Dalam masalah pasokan lainnya, ladang minyak Sharara di Libya dihentikan lagi pada Senin malam. Dan di Norwegia, lebih dari satu dari 10 pekerja minyak dan gas lepas pantai merencanakan aksi mogok mulai Minggu jika mediasi upah yang ditengahi negara gagal.

Editor: Anna Suci Perwitasari