Harga minyak ditutup melonjak 2% karena kekhawatiran badai di Teluk Meksiko



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak melonjak 2% pada hari Jumat setelah tiga hari turun. Sokongan datang karena badai terbentuk di Teluk Meksiko.

Jumat (21/5), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2021 naik US$ 1,33 atau 2% ke level US$ 66,44 per barel. 

Sementara itu, harga minya jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2021 juga melesat ke US$ 63,54 per barel, usai naik US$ 1,64 atau 2,65%.


Cuaca buruk yang terbentuk di bagian barat Teluk Meksiko memiliki peluang 40% akan menjadi topan dalam 48 jam ke depan, kata Pusat Badai Nasional Amerika Serikat (NHC), Jumat.

"Badai awal ini mendorong pedagang untuk membeli minyak mentah menjelang akhir pekan guna mengantisipasi potensi penutupan produksi," kata Phil Flynn, analis senior Price Futures Group di Chicago.

Namun, kenaikan dibatasi oleh ekspektasi bahwa Iran dapat menambah produksi 1 juta barel per hari atau lebih pada akhir musim panas ini.

Baca Juga: Harga minyak menguat tipis, namun masih ada di jalur pelemahan dalam sepekan

Kedua kontrak turun hampir 3% di minggu ini, setelah presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, AS siap untuk mencabut sanksi pada sektor minyak, perbankan, dan ekspor dari negaranya.

Perusahaan energi AS menambahkan rig minyak dan gas alam untuk minggu keempat berturut-turut karena harga minyak yang lebih tinggi mendorong beberapa pembor kembali ke sumur.

Jumlah rig minyak dan gas, indikator awal produksi di masa depan, naik dua menjadi 455 dalam seminggu hingga 21 Mei, tertinggi sejak April 2020, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co dalam laporan yang diikuti pada hari Jumat.

Sejak April, Iran dan AS dalam pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015 dan pejabat Uni Eropa yang memimpin diskusi mengatakan pada Rabu bahwa dia yakin kesepakatan akan tercapai.

Namun, investor tetap optimis tentang pemulihan permintaan bahan bakar saat musim panas ini karena program vaksinasi di Eropa dan AS akan memungkinkan lebih banyak orang untuk bepergian, meskipun meningkatnya kasus di seluruh Asia meningkatkan kekhawatiran.

Editor: Anna Suci Perwitasari