KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah ditutup menguat pada perdagangan Selasa (27/10). Keperkasaan harga minyak acuan datang setelah sejumlah perusahaan di kawasan Teluk Meksiko Amerika Serikat (AS) kembali menutup produksi jelang badai anyar yang mendekat. Namun, laju penguatan minyak dibatasi oleh lonjakan infeksi virus corona dan peningkatan pasokan minyak global akibat produksi minyak dari Libya. Mengutip
Reuters, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Desember 2020 ditutup menguat 75 sen atau 1,9% ke US$ 41,21 per barel.
Serupa, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Desember 2020 naik US$ 1,01 atau 2,6% menjadi US$ 39,57 per barel.
Baca Juga: Harga emas spot ditutup perkasa ke US$ 1.907,99 per ons troi pada Selasa (27/10) Sebelumnya, kedua harga minyak kontrak acuan ini turun lebih dari 3% pada perdagangan Senin (26/10). Diketahui, sejumlah perusahaan minyak termasuk BP, Chevron, Shell dan Equinor ASA melakukan evakuasi rig atau menutup fasilitas produksi. Sejauh ini produsen minyak sudah menutup 16%, atau 294.000 barel per hari (bpd) dari produksi minyak karena adanya potensi badai tropis baru yang kembali menghantam kawasan Teluk Meksiko. Walau kembali menguat, sejumlah analis menilai, lonjakan harga minyak yang dipicu badai hanya berumur pendek. Mengingat permintaan yang diperkirakan masih melemah lagi akibat peningkatan kasus virus corona di sejumlah negara. "Kami memiliki banyak kelemahan, belum ada vaksin, tidak ada stimulus, dan kemungkinan yang sangat nyata dari pemilihan umum yang akan berlangsung dalam beberapa hari lagi serta pasar saham yang tidak akan bereaksi positif terhadap itu," jelas Bob Yawger,
Director of Energy Futures Mizuho. Selain tekanan dari lonjakan infeksi virus corona, harga emas hitam ini juga mendapat tekanan dari produksi minyak Libya yang diproyeksi akan pulih menjadi 1 juta barel per hari dalam beberapa minggu mendatang. Hal tersebut mempersulit upaya anggota OPEC lainnya dan sekutu untuk membatasi produksi. Seperti diketahui, Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutu, yang dikenal sebagai OPEC+, berencana untuk meningkatkan produksi sebesar 2 juta barel per hari mulai Januari mendatang. Ini dilakukan setelah rekor pemotongan produksi tahun ini. Dengan rencana tersebut, pemotongan pengurangan keseluruhan menjadi 7,7 juta barel per hari. Ini sebenarnya masih merupakan jumlah yang sangat besar menurut standar produsen minyak utama, tetapi itu mungkin tidak cukup untuk mengimbangi permintaan yang lemah. Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan bahwa tetap ada potensi memperpanjang pemotongan lebih lama.
Baca Juga: Emiten bank rilis kinerja kuartal III, simak rekomendasi sederet saham bank berikut "Karena virus corona terus menyebar, kemungkinan tambahan produksi OPEC+ cenderung berkurang dalam membantu memberikan keseimbangan pada pasar," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates. Angka persediaan minyak mingguan AS terbaru, yang akan dirilis pada hari Selasa dan Rabu, diharapkan menunjukkan peningkatan pasokan. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan stok minyak mentah naik sekitar 1,1 juta barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari