KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah ditutup menguat pada perdagangan awal pekan ini. Sentimen utama datang setelah kilang dan pipa di Pantai Teluk Amerika Serikat (AS) bergulat dengan ketidakpastian pada jadwal
restart setelah Badai Ida mendatangkan malapetaka di wilayah tersebut. Keuntungan harga minyak yang terjadi di sepanjang hari ternyata dibatasi oleh rencana OPEC+ yang tampaknya akan melanjutkan peningkatan produksi minyak. Senin (30/8), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2021 ditutup menguat 0,98% ke US$ 73,41 per barel. Brent sempat menyentuh level tertinggi di sesi tersebut saat berada di US$ 73,69 per barel, itu posisi tertinggi sejak 2 Agustus.
Serupa, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2021 juga ditutup naik 0,68% ke US$ 69,21 per barel. Dalam waktu 12 jam setelah mendarat, Badai Ida telah melemah menjadi badai Kategori 1, dan sejak itu turun ke status badai tropis. Padahal sebelum Badai Ida datang, ratusan anjungan produksi minyak dievakuasi menjelang dan hampir semua produksi minyak lepas pantai Teluk yang setara dengan 1,74 juta barel per hari, dihentikan. Setelah angin kencang dan hujan, hampir 1,2 juta rumah dan bisnis di kawasan Louisiana dan Mississippi memulai pekan ini tanpa listrik. Pergerakan badai ke daratan mengalihkan fokus pasar minyak ke saat penyulingan dapat dimulai kembali. Operator pipa minyak dan gas memeriksa kerusakan. Utilitas listrik memperingatkan bahwa pelanggan di daerah yang paling parah dapat menghadapi pemadaman yang berkepanjangan.
Baca Juga: Harga minyak naik hingga 1% usai Badai Ida menghantam patch minyak mentah AS Exxon Mobil Corp mengatakan, akan menutup 520.000 barel per hari (bph) Baton Rouge, Louisiana, unit kilang sampai utilitas kembali menyediakan listrik dan bahan baku tersedia. "Kami dalam mode menunggu dan melihat seberapa buruk penyulingan akan terpengaruh oleh pemadaman listrik," kata John Kilduff,
Partner di Again Capital Management di New York. Badai Ida yang membuat produksi minyak turun berakibat pada harga bensin AS yang naik lebih dari 1,5%. Sementara itu, pemadaman listrik menambah penutupan kilang di pantai Teluk dan pedagang mempertimbangkan kemungkinan gangguan yang berkepanjangan. "Ini masih awal," kata Vivek Dhar, Analis Commonwealth Bank of Australia. "Produk minyak, seperti bensin dan solar, kemungkinan akan mengalami kenaikan harga yang lebih akut akibat pemadaman kilang terutama jika ada kesulitan dalam membuat kilang dan jaringan pipa kembali online," tambah dia.
Brent telah reli 40% tahun ini, didukung oleh pengurangan pasokan oleh OPEC+, dan beberapa pemulihan permintaan dari keruntuhan akibat pandemi tahun lalu. OPEC+ bertemu pada hari Rabu (1/9) untuk membahas peningkatan 400.000 barel per hari yang dijadwalkan dalam produksi minyaknya, dalam apa yang akan menjadi pelonggaran lebih lanjut dari rekor pengurangan produksi yang dibuat tahun lalu. Delegasi OPEC mengatakan mereka memperkirakan kenaikan akan terus berlanjut, meskipun menteri perminyakan Kuwait mengatakan pada hari Minggu bahwa hal itu dapat dipertimbangkan kembali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari