KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak ditutup naik tipis dan berhasil
rebound dari penurunan awal lebih dari US$ 1 per barel. Penguatan terjadi berkat pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran pasokan disorot oleh menteri energi Arab Saudi. Selasa (25/10), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2022 ditutup naik 26 sen menjadi US$ 93,52 per barel. Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Desember 2022 juga ditutup naik 74 sen ke US$ 85,32 per barel.
Sepanjang sesi tersebut, harga kedua tolak ukur harga minyak ini bergejolak. Indeks dolar AS turun selama perdagangan sore, dan membuat minyak yang diperdagangkan dalam denominasi
the greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan membantu mendorong harga lebih tinggi.
Baca Juga: Harga Minyak Rebound Selasa (25/10) Pagi, Didukung Kekhawatiran Pengetatan Pasokan Dukungan lebih lanjut datang dari komentar Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman bahwa cadangan energi digunakan sebagai mekanisme untuk memanipulasi pasar. "Adalah tugas saya untuk menjelaskan bahwa kehilangan stok darurat mungkin menyakitkan di bulan-bulan mendatang," katanya pada konferensi Future Initiative Investment (FII) di Riyadh. Sementara itu, pengetatan pasar untuk gas alam cair (LNG) di seluruh dunia dan pengurangan pasokan oleh produsen minyak utama telah menempatkan dunia di tengah "krisis energi global pertama yang sesungguhnya," kata Fatih Birol, Kepala International Energy Agency (IEA). "Komentar dari Riyadh dan IEA adalah pengingat bahwa ketika datang ke krisis energi, itu masih jauh dari selesai," jelas Phil Flynn, analis di Price Futures Group. "Masih ada kekhawatiran pasar kekurangan pasokan," tegas dia. Aktivitas ekonomi yang tidak pasti di Amerika Serikat dan China, dua konsumen minyak terbesar dunia, membatasi kenaikan minyak. Pada hari Senin, data pemerintah menunjukkan impor minyak mentah China pada bulan September adalah 2% lebih rendah dari tahun sebelumnya. Sementara, aktivitas bisnis berkontraksi di zona Eropa, Inggris dan AS pada bulan Oktober.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Menyusul Permintaan yang Rendah dari China Kepala Eksekutif Goldman Sachs David Solomon mengatakan bahwa dia yakin resesi AS adalah "kemungkinan besar", sementara resesi bisa terjadi di Eropa. Federal Reserve dapat menaikkan suku bunga acuan semalam di luar kisaran 4,50%-4,75% jika tidak melihat perubahan nyata dalam perilaku, katanya pada konferensi FII. Sementara itu, stok minyak mentah AS naik sekitar 4,5 juta barel untuk pekan yang berakhir 21 Oktober, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa. Persediaan bensin turun sekitar 2,3 juta barel, sementara stok sulingan naik sekitar 600.000 barel. Data pemerintah AS tentang stok minyak mentah akan dirilis pada hari Rabu (26/10).
Editor: Anna Suci Perwitasari