Harga minyak ditutup menguat tipis ke level tertinggi dalam sepekan di Selasa (25/5)



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah kembali ditutup menguat karena meningkatnya permintaan mendekati musim mengemudi pada musim panas di belahan bumi utara dan pencabutan pembatasan virus corona berhasil mengatasi kekhawatiran bahwa kemungkinan kembalinya Iran ke pasar akan menyebabkan melimpahnya pasokan.

Selasa (25/5), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2021 naik 19 sen atau 0,3% ke level US$ 68,65 per barel.

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2021 naik 2 sen menjadi US$ 66,07 per barel. 


Kedua harga minyak mentah acuan tersebut sudah naik lebih dari 5% dalam dua sesi sebelumnya, dan kini berada di posisi tertinggi dalam seminggu.

Dalam perdagangan pasca-penutupan, minyak mentah Brent mengurangi kenaikan sedikit dan minyak mentah AS turun menjadi US$ 65,99 per barel setelah kelompok perdagangan American Petroleum Institute (API) merilis perkiraan persediaan mingguan.

API melaporkan, persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS turun minggu lalu. Stok minyak mentah turun 439.000 barel dalam pekan yang berakhir 21 Mei. 

Selama sesi tersebut, harga minyak mentah didukung oleh penurunan dolar AS ke level terendah dalam 19 minggu terhadap sekeranjang mata uang karena kekhawatiran inflasi surut. The greenback yang lebih lemah membuatnya pemegang mata uang lain lebih murah ketika membeli komoditas yang diperdagangkan dalam dolar AS, seperti minyak.

Baca Juga: Harga minyak konsolidasi setelah melesat lebih dari 3% di awal pekan

Pergerakan harga minyak yang tipis terjadi karena pasar menunggu arahan dari laporan mingguan persediaan minyak AS yang diperkirakan menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun 1,1 juta barel pekan lalu.

"Harga minyak tetap pada level tinggi karena musim permintaan minyak yang tinggi mendekat dan karena pembatasan dicabut di sebagian besar Eropa dan Amerika Serikat," kata Louise Dickson, analis pasar minyak di Rystad Energy.

Beberapa bagian Eropa dan AS mencatat lebih sedikit infeksi dan kematian Covid-19, dan mendorong pemerintah untuk melonggarkan pembatasan. Namun, di daerah seperti India - pengimpor minyak terbesar ketiga di dunia - tingkat infeksi tetap tinggi.

Di sisi lain, negosiasi tidak langsung antara Amerika Serikat dan Iran akan dilanjutkan di Wina minggu ini. Pembicaraan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir yang sempat dibatalkan dilanjutkan. 

Analis mengatakan Iran dapat menyediakan sekitar 1 juta hingga 2 juta barel per hari (bph) dalam pasokan minyak tambahan jika kesepakatan tercapai dan sanksi dicabut.

"Harga minyak mentah dalam mode menunggu dan melihat sampai putaran kelima negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran selesai," kata Edward Moya, Senior Market Analys OANDA. 

Dia menambahkan, "pedagang energi perlu mengetahui berapa banyak minyak mentah Iran yang akan memasuki pasar."

Baca Juga: Harga minyak mentah naik lebih 1% di tengah potensi hambatan pembicaraan nuklir Iran

Setiap peningkatan pasokan dari Iran akan berada di atas barel ekstra yang sudah diharapkan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, yang berencana untuk mengembalikan sekitar 2 juta barel per hari produksi melalui Juli.

"Jumlah minyak ekstra yang menghantam pasar internasional telah berfungsi sebagai angin sakal untuk Brent, dengan Dana Minyak AS (dana yang diperdagangkan di bursa) melaporkan arus masuk US$ 104 juta pada hari Senin, arus masuk terbesar sejak Agustus, berfungsi sebagai penarik untuk WTI," kata Bob Yawger, Director of Energy Futures Mizuho di New York. 

Seorang juru bicara USO mengatakan dana tersebut menunjukkan, aliran masuk US$ 100 juta pada hari Jumat, dan tidak menawarkan data yang lebih baru.

Selanjutnya: Wall Street ditutup melemah tipis, kekhawatiran inflasi hentikan reli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari