Harga Minyak Ditutup Naik Hampir 4%, Dipicu Badai di AS & Kekhawatiran Israel-Iran



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak melonjak hampir 4% karena lonjakan penggunaan bahan bakar di Amerika Serikat (AS) sebelum Badai Milton menerjang Florida. Sentimen yang menopang minyak juga datang dari risiko pasokan Timur Tengah dan tanda-tanda bahwa permintaan energi dapat tumbuh di AS dan China.

Kamis (10/10), harga minyak berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2024 ditutup naik US$ 2,82 atau 3,7% ke US$ 79,40 per barel. 

Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2024 naik US$ 2,61 atau 3,6% ke US$ 75,85 per barel.


Di AS, Badai Milton menerjang Florida, tempat sekitar seperempat stasiun pengisian bahan bakar kehabisan bensin dan badai tersebut juga memutus aliran listrik ke lebih dari 3,4 juta rumah dan bisnis.

"Penutupan beberapa terminal produk, keterlambatan pengiriman truk tangki, dan gangguan pergerakan pipa kemungkinan akan memengaruhi pasokan hingga minggu depan mengingat pemadaman listrik yang meluas," kata analis di firma penasihat energi Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.

Baca Juga: Badai Milton Menyebabkan Pemadaman Listrik Besar-besaran di Florida

"Ketidakpastian yang besar di seluruh infrastruktur minyak bumi Florida ini secara umum telah mendukung nilai bensin," kata Ritterbusch. Harga bensin berjangka AS memimpin kenaikan kompleks energi, ditutup sekitar 4,1% pada hari Kamis.

Harga acuan minyak mentah melonjak awal bulan ini setelah Iran meluncurkan lebih dari 180 rudal terhadap Israel pada tanggal 1 Oktober, meningkatkan prospek pembalasan terhadap fasilitas minyak Iran. Karena Israel belum menanggapi, harga acuan minyak mentah telah mereda sekali lagi dan tetap relatif stabil sepanjang minggu.

Namun, investor tetap waspada, mengingat Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berjanji bahwa setiap serangan terhadap Iran akan "mematikan, tepat sasaran, dan mengejutkan." 

Iran adalah anggota OPEC dan memproduksi sekitar 4,0 juta barel bahan bakar per hari pada tahun 2023, menurut data dari Energy Information Administration (EIA). 

Iran mendukung beberapa kelompok yang memerangi Israel, termasuk Hizbullah di Lebanon, Hamas di Gaza, dan Houthi di Yaman. 

Di Lebanon, serangan Israel di pusat kota Beirut pada Kamis malam menewaskan 11 orang dan melukai sedikitnya 48 orang, kata kementerian kesehatan Lebanon. Sementara sumber keamanan Lebanon mengatakan, setidaknya satu tokoh senior Hizbullah menjadi sasaran dalam serangan itu. 

Di Yaman, Houthi mengatakan mereka menargetkan kapal-kapal di Laut Merah dan Samudra Hindia. Houthi telah melancarkan serangan terhadap pengiriman internasional di dekat Yaman sejak November lalu sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina dalam perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. 

Baca Juga: Wall Street Tergelincir: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Kompak Ditutup Melemah

Sementara itu, negara-negara Teluk melobi Washington untuk menghentikan Israel menyerang lokasi minyak Iran karena mereka khawatir fasilitas minyak mereka sendiri akan diserang oleh sekutu Teheran jika konflik meningkat.

PERMINTAAN DI AS DAN CHINA

Dalam sebuah langkah yang dapat meningkatkan permintaan minyak di konsumen minyak terbesar kedua di dunia, China menerbitkan rancangan undang-undang yang bertujuan untuk mempromosikan pengembangan sektor swasta, langkah terbaru negara itu untuk meningkatkan kepercayaan investor di tengah perlambatan ekonomi.

Di AS, pasar semakin yakin bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada bulan November setelah data menunjukkan peningkatan klaim pengangguran mingguan dan kenaikan inflasi tahunan yang merupakan yang terendah sejak Februari 2021.

"Pertempuran antara angka pekerjaan AS dan data inflasi sehubungan dengan prospek kebijakan Fed masih belum terselesaikan ... kasus dasar kami tetap 25 (basis poin) pemotongan suku bunga pada bulan November dan Desember," kata analis ING dalam sebuah catatan.

Setelah menaikkan suku bunga secara agresif pada tahun 2022 dan 2023 untuk meredam lonjakan inflasi, The Fed mulai menurunkan suku bunga pada bulan September.

Suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya pinjaman bagi konsumen dan bisnis, yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Selanjutnya: Promo Mandiri x Dekoruma, Ada Potongan Rp 150.000 lo

Menarik Dibaca: Promo Mandiri x Dekoruma, Ada Potongan Rp 150.000 lo

Editor: Anna Suci Perwitasari