Harga minyak dunia belum stabil, ESDM belum bisa tentukan asumsi makro ICP



JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum juga menentukan asumsi makro harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP). Padahal, pembahasan sudah dilakukan beberapa kali."Terus terang harga minyak masih sulit diprediksi karena situasi geopolitik di Afrika Utara dan Timur Tengah yang belum reda," ungkap Menteri ESDM Darwin Z. Saleh, pada rapat kerja dengan Komisi VII, Selasa (7/6).Apalagi, beberapa pooling yang digelar di berbagai negara masih menunjukkan tingkat harga minyak mentah dunia yang belum stabil. Rentang harga yang fluktuatif di beberapa negara berkisar pada US$ 60 - US$ 180 per barel. "Makanya kami baru bisa usulkan US$ 75 - US$ 95 per barel," ujar nya.Dirjen Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Evita Legowo menambahkan, belum pastinya harga minyak lantaran masih kentalnya sentimen pasar akibat terganggunya pasokan minyak. Pada Mei 2011, harga minyak memang sempat menurun, tapi penutupan bursa dan publikasi masih belum menunjukkan harga yang pasti.Menurut Reuters, perkiraan harga WTI di NYMEX di kisaran US$ 75 - US$ 127,5 per barel. Sementara, harga Brent sekitar US$ 75 - US$ 138,5 per barel. Lalu harga yang dipublikasikan OPEC sekitar US$ 75 - US$ 90 per barel.Berdasarkan grafik fluktuasi harga minyak untuk periode Desember 2010 hingga 30 Mei 2011, musim dingin ekstrim di Eropa dan Amerika menjadi awal tercapainya harga minyak sebesar US$ 91,37 per barel. Harga terdongkrak karena penurunan stok minyak mentah di OECD, dan aksi mempertahankan kuota produksi oleh OPEC. Evita menyebut, perkembangan terakhir harga minyak mentah dunia pada penutupan perdagangan 31 Mei 2011 menunjukkan level harga masih di atas US$ 100 per barel. Harga minyak WTI di NYMEX tercatat US$ 102,70 per barel, sementara Brent di ICE London di level US$ 116,73 per barel, Dubai di Platts seharrga US$ 109,51 per barel, dan Minas/SLC di Platts Singapura sebesar US$ 121,01 per barel."Harga rata-rata Januari hingga Mei 2011 pun sekitar US$ 110,40 per barel, jadi belum bisa dipastikan juga," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini