Harga minyak dunia berpeluang merangkak naik, ini sentimennya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cepat berubah haluan, tren pergerakan harga minyak dunia hingga akhir tahun diyakini berada dalam tren naik. Sebagaimana diketahui, beberapa waktu sebelumnya harga minyak sempat berada dalam tren penurunan dan bahkan sempat menyentuh area US$ 50 per barel di 28 Oktober 2019.

Mengutip Bloomberg pukul 19.42 WIB, Kamis (31/10) minyak Brent pengiriman Desember 2019 ke US$ 60,49 per barel atau turun 0,20%.

Sementara, minyak West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Desember 2019 ke US$ 54,38 per barel atau turun 1,24%. Merupakan penurunan empat hari berturut-turut.

Baca Juga: Harga gas industri batal naik, ini sikap serikat pekerja PGN

Analis Globbal Kapital Investama Alwi Assegaf melihat masih ada peluang harga minyak rebound. Mengingat, perubahan harga yang terjadi saat ini cukup cepat, tekanan terhadap harga minyak tidak lepas dari isu perlambatan ekonomi global, akibat memanasnya hubungan perang dagang antara AS dan China.

"Namun sentimen yang berkembang sekarang membuat risk appetite asset meningkat karena Presiden AS Donald Trump mau menandatangani kesepakatan dagang dengan China pada pertemuan APEC nanti. Alhasil, sentimen mampu mengangkat harga minyak," jelas Alwi kepada Konta.co.idn, Kamis (31/10).

Selain itu, data cadangan minyak AS pekan lalu yang mencatatkan penurunan sebesar 1,7 juta barel turut mengangkat harga minyak. Walaupun perlu diakui bahwa data EIA masih mencatatkan kenaikan cadangan minyak global yang di sisi lain turun menekan harga minyak global.

Baca Juga: Harga minyak tertekan kenaikan stok tak terduga di AS

Untungnya, sentimen terbaru seperti pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) berhasil menjadi sentimen pemanis bagi pergerakan harga minyak dunia hari ini.

Ini terbukti dari meningkatnya minat pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko sebagaimana yang tampak pada indeks S&P 500 yang sempat menyentuh rekor baru.

Ditambah lagi, ekspektasi pasar terhadap rencana pemangkasan output lanjutan oleh negara-negara pengekspor minyak atau OPEC, terus menjaga sentimen kenaikan harga minyak hingga akhir tahun.

Editor: Yudho Winarto