KONTAN.CO.ID - Harga minyak mencatat kenaikan sekitar 3% dalam sepekan pada Jumat (25/10), dipicu konflik yang berlanjut di Timur Tengah. Sementara para investor memperhatikan rencana pembicaraan gencatan senjata di Gaza dalam beberapa hari mendatang. Melansir
Reuters, minyak mentah Brent naik 0,94% menjadi US$75,08 per barel pada pukul 11:12 EDT, dan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 0,95% menjadi US$70,86 per barel.
Baca Juga: Impor Migas Tembus Rp 417 Triliun per September 2024, Swasembada Energi Jadi Solusi? Harga minyak mentah Brent dan WTI diproyeksikan mengalami kenaikan mingguan masing-masing sebesar 2,8% dan 2,4%. Harga minyak berfluktuasi sepanjang pekan ini, didorong oleh ketidakpastian risiko geopolitik di Timur Tengah. Tim Snyder, Kepala Ekonom Matador Economics, mengatakan, “Geopolitik adalah faktor utama saat ini, sementara kami menunggu dampak dari pemilu AS yang akan mempengaruhi pasar.” Ketegangan meningkat setelah serangan Israel yang menewaskan tiga jurnalis di Lebanon Selatan dan serangan udara di perbatasan Suriah yang menghambat pelarian para pengungsi.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Menguat di Pagi (25/10) dan Berada di Jalur Penguatan Pekan Ini Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyatakan, perlunya resolusi diplomatik untuk mengakhiri konflik di Lebanon antara Israel dan Hezbollah, yang didukung Iran. Para pelaku pasar juga memantau rencana respons Israel atas serangan rudal Iran pada 1 Oktober, yang dapat berpengaruh terhadap infrastruktur minyak Iran. Di sisi lain, perhatian juga tertuju pada kebijakan stimulus China, meskipun analis memprediksi dampaknya pada permintaan minyak global akan minimal.
Goldman Sachs mempertahankan prediksi harga minyak Brent antara US$70 hingga US$85 per barel pada 2025. Sementara Bank of America memperkirakan harga rata-rata Brent US$75 per barel tanpa pelonggaran pemotongan produksi OPEC+. “Pasar minyak tetap terjepit antara risiko pasokan yang disebabkan oleh ketegangan di Timur Tengah dan kekhawatiran terhadap permintaan,” menurut analis Commerzbank. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto