KONTAN.CO.ID - Harga minyak menunjukkan pergerakan yang beragam pada Jumat (29/11), dipengaruhi oleh potensi ancaman baru terhadap pasokan setelah Israel dan kelompok bersenjata Hezbollah saling menuduh melanggar gencatan senjata. Sementara itu, penundaan rapat OPEC+ membuat investor menunggu keputusan terkait kebijakan produksi. Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun sebesar 7 sen, atau 0,1%, menjadi US$73,21 per barel pada pukul 02.32 GMT.
Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 38 sen, atau 0,55%, menjadi US$69,10 dibandingkan penutupan harga pada Rabu.
Baca Juga: Harga Minyak Naik di Tengah Tuduhan Pelanggaran Gencatan Senjata Israel-Hezbollah Perdagangan berlangsung tipis akibat libur Thanksgiving pada Kamis (28/11), yang menyebabkan pasar keuangan AS tutup. Israel dan kelompok Hezbollah di Lebanon saling menuduh pada Kamis terkait dugaan pelanggaran gencatan senjata yang mulai berlaku sehari sebelumnya. Kesepakatan ini awalnya diharapkan dapat meredakan kekhawatiran gangguan pasokan akibat konflik yang lebih luas, yang sempat meningkatkan premi risiko pada minyak. Namun, hingga kini, pasokan minyak dari Timur Tengah sebagian besar tetap tidak terpengaruh meskipun konflik Israel dengan Hezbollah di Lebanon dan Hamas di Gaza terus berlangsung. Di sisi lain, Rusia pada Kamis melancarkan serangan terhadap fasilitas energi di Ukraina untuk kedua kalinya bulan ini. Analis dari ANZ menyebut serangan ini berisiko memicu aksi balasan yang dapat mengganggu pasokan minyak Rusia.
Baca Juga: OPEC+ Menunda Pertemuan Kebijakan untuk Bahas Produksi hingga 5 Desember OPEC+, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, menunda rapat kebijakan berikutnya dari 1 Desember menjadi 5 Desember untuk menghindari bentrokan dengan acara lain. Rapat ini diharapkan akan memperpanjang pemotongan produksi OPEC+. Sementara itu, Iran memberi tahu badan pengawas nuklir PBB bahwa mereka akan memasang lebih dari 6.000 sentrifugal tambahan di fasilitas pengayaan uranium, menurut laporan rahasia badan tersebut pada Kamis.
Analis Goldman Sachs memprediksi pasokan minyak Iran bisa turun hingga 1 juta barel per hari pada paruh pertama tahun depan jika negara-negara Barat memperketat sanksi terhadap produksi minyak mentahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto