Harga Minyak Dunia Diperkirakan Akhiri Pekan Lebih Tinggi, Jumat (16/8)



KONTAN.CO.ID - Harga minyak diperkirakan akan mencatat kenaikan untuk pekan kedua berturut-turut meskipun mengalami sedikit penurunan pada hari Jumat (16/8).

Data ekonomi Amerika Serikat (AS) baru-baru ini meningkatkan optimisme terhadap permintaan di konsumen minyak terbesar di dunia.

Harga minyak mentah Brent diperkirakan naik 1,3% dalam seminggu ini. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) meningkat sekitar 1,2%.


Pada hari Jumat, Brent turun 30 sen atau 0,4% menjadi US$80,74 per barel pada 0528 GMT dan WTI turun 40 sen atau 0,5% menjadi US$77,76 per barel.

Baca Juga: Harga Minyak Koreksi Setelah Lonjakan, Geopolitik Masih Menjadi Penahan Harga

Data penjualan ritel AS pada hari Kamis (15/6) melampaui ekspektasi analis. Sedangkan data terpisah menunjukkan lebih sedikit warga Amerika yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran minggu lalu, memicu optimisme baru mengenai pertumbuhan ekonomi AS.

"Minyak mentah membalikkan kerugian baru-baru ini karena data ekonomi yang positif dan kekhawatiran sisi pasokan meningkatkan sentimen investor," kata para analis di ANZ Research.

Analis di konsultan FGE mengatakan, pasar minyak sekarang akan kembali fokus pada geopolitik, di tengah peringatan serangan balasan dari Iran terhadap Israel atas pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Teheran.

Putaran baru negosiasi dimulai pada hari Kamis untuk mengamankan gencatan senjata dalam perang Gaza, meskipun pasukan Israel terus menyerang wilayah Palestina tersebut.

Pembicaraan diperpanjang dan akan dilanjutkan di ibu kota Qatar, Doha, pada hari Jumat.

Baca Juga: Harga Minyak Naik, Optimisme Penurunan Suku Bunga AS Melebihi Kekhawatiran Permintaan

Menekan harga minyak, kilang-kilang China secara tajam menurunkan tingkat pemrosesan minyak mentah bulan lalu karena permintaan bahan bakar yang lesu.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada hari Senin memangkas prospek permintaan untuk tahun ini dengan alasan ekspektasi yang lebih lemah untuk China.

"Meskipun persediaan minyak mentah meningkat minggu lalu, permintaan bensin dan distilat tetap kuat. Ini tidak tampak terjadi di China, dengan permintaan minyak yang terlihat turun 8% y/y pada bulan Juli," kata para analis ANZ.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto