KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia diprediksi terus menguat pada pekan ini. Penguatan tersebut karena stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS) menurut. Prospek pelemahan suku bunga yang semakin dekat juga mendukung kenaikan harga minyak. Menurut data
Bloomberg, harga minyak WTI kontrak Agustus 2024 di Nymex menguat 0,22% ke US$ 82,28 per barel pada Kamis (11/7) pukul 17.05 WIB. Sedangkan harga minyak Brent kontrak September 2024 di ICE Futures menguat 0,29% ke US$ 85,33 per barel. Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong mengatakan, sentimen utamanya datang dari permintaan global yang tinggi karena dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. Dia memperkirakan, harga minyak mentah dunia masih akan menguat pada pekan ini. Ekspektasi pemangkasan suku bunga sebanyak dua kali pada tahun ini menjadi pendorongnya.
Lukman bilang, pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan bank-bank sentral lain bisa mendukung pertumbuhan ekonomi. Sehingga permintaan minyak mentah dunia berpotensi meningkat.
Baca Juga: Harga BBM Bersubsidi Berpeluang Naik, Begini Penjelasan Airlangga Hartarto “Maka untuk saat ini dan hingga akhir pekan ini, harga minyak mentah dunia tidak dalam tren penurunan, saya melihat harga akan terus naik berada di level US$ 80-US$ 90 per barel,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (11/7). Lebih lanjut, Lukman memprediksi bahwa tren kenaikan harga minyak mentah dunia ini masih akan terus berlangsung, sejauh tidak ada perkembangan baru seperti eskalasi perang, gangguan pasokan, dan faktor non-ekonomi lain. Lukman pun memprediksi, harga minyak mentah WTI akan berada di sekitar US$ 83 per barel-US$ 85 per barel pada kuartal ketiga ini. Sedangkan di akhir tahun 2024, dia memperkirakan harga minyak bisa mencapai US$ 90 per barel. Sementara itu, untuk harga minyak Brent diprediksi harganya akan mencapai US$ 85 per barel-US$ 90 per barel pada kuartal ketiga 2024. Kemudian, pada akhir tahun, harganya diperkirakan akan berada di level US$ 90 per barel-US$ 95 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik Kamis (11/7) Siang, Brent ke US$85,70 dan WTI ke US$82,70 Analis Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer memperkirakan bahwa harga minyak akan naik meskipun tidak signifikan. Harga minyak berpotensi untuk menguat lebih lanjut terutama untuk minyak mentah WTI. Menurut dia, salah satu faktor utama yang mempengaruhi prediksi ini adalah berakhirnya perjanjian Petrodollar 50 tahun antara Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS) pada Juni 2024. Arab Saudi telah memutuskan untuk tidak memperbarui perjanjian tersebut, yang diperkirakan akan mengurangi minat terhadap minyak WTI. “Hal ini karena harga minyak WTI yang cenderung lebih mahal dibandingkan dengan minyak lainnya,” kata Fischer, Kamis (11/7). Selain itu, Fischer melihat bahwa
pergerakan harga minyak saat ini menunjukkan tren kenaikan yang stabil, kenaikan harga minyak yang stabil didorong oleh antisipasi permintaan bahan bakar yang kuat selama musim panas, terutama di Amerika Serikat, yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. “Selanjutnya, terdapat data mobilitas yang positif, dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga menjadi faktor pendukung sentimen pasar minggu ini," imbuh dia.
Baca Juga: Ini Strategi Pertamina di Tengah Rencana Pembatasan Pembelian BBM Subsidi Fischer mengatakan, data ekonomi AS juga turut mempengaruhi pasar minyak. Terlebih, klaim pengangguran meningkat dan jumlah pengangguran juga naik pada minggu lalu. Ini dipandang sebagai indikasi potensial untuk penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS. Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat memberikan dukungan tambahan bagi pasar minyak.
Lebih lanjut, dia menyebutkan bahwa harga minyak mentah WTI meningkat US$ 7,79 per barel atau naik 10,87% sejak awal tahun 2024. Dia memperkirakan harga minyak mentah WTI akan berada di level US$ 85 per barel pada akhir kuartal ketiga ini. “Diperkirakan minyak mentah WTI akan diperdagangkan di level US$ 90 per barel pada akhir tahun,” imbuhnya. Sementara untuk harga minyak brent, Fischer memprediksi harganya akan mencapai US$ 85 per barel-US$ 92 per barel pada kuartal ketiga 2024. Kemudian, pada akhir tahun, harganya diperkirakan akan berada di level US$ 95 per barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati