Harga Minyak Dunia Kembali Layu



NEW YORK. Minyak mentah di New York kembali tergelincir setelah pemerintah AS menggelontorkan laporan yang menunjukkan bahwa resesi yang kian dalam kemungkinan berdampak pada pemangkasan permintaan bahan bakar di AS. Penurunan belanja konsumen juga tampak cukup besar sepanjang tujuh tahun ini, terutama untuk barang-barang tidak habis pakai seperti kulkas dan mesin cuci. Departemen Perdagangan As melaporkan, penurunannya dua kali lipat lebih besar dari yang diprediksikan semula. Permintaan terhadap bensin juga menciut 1,3% dari minggu lalu. Hal ini ditegaskan oleh Departemen Energi, kemarin. “Ketika kita kembali mendapatkan data makro ekonomi yang lebih jelek dari yang kita prediksi semula, saya kira akan sulit untuk meminta penciutan untuk pasar minyak mentah,” kata Toby Hassall, analis Commodity Warrants Australia di Sydney. Minyak mentah untuk pengiriman Januari anjlok sebesar US$ 1,30 atau 2,4 % menjadi US$ 53,14 per barel di New York Mercantile Exchange –diperdagangkan US$ 53,30 per barel pada pukul 11.19 waktu Singapura. Kontrak berjangka juga telah terjerembap 63% sejak menyentuh level tertingginya US$ 147,27 pada 11 Juli 2008 lalu. Kemarin, crude futures mumbul US$ 3,67 atau 7,2 % menjadi US$ 54,44 per barel. Pasar di AS akan tutup hari Kamis (27/11) ini lantaran libur Thanksgiving. Perdagangan di NYMEX akan dihentikan sementara, namun perdagangan elektronik terus berjalan. Minyak mentah jenis Brent  untuk pengiriman Januari akan longsor sebesar US$ 1,24, atau 2,3% menjadi US$ 52,68 per barel di ICE Futures Europe exchange London pada pukul 10.58 waktu Singapura. Kontrak merangsek naik sebesar US$ 3,57, atau 7,1% menjadi US$ 53,92 per barel kemarin. Menurut Departemen Energi, suplai minyak mentah AS menggemuk 7,28 juta barel menjadi 320,8 juta barel minggu lalu. Ini merupakan kenaikan yang ke sembilan kalinya secara berturut-turut, kenaikan yang paling panjang sejak April 2005. Persediaan minyak mentah diprediksikan akan menggelembung sebanyak 1 juta barel, menurut perkiraan tengah dari 14 analis di Bloomberg News. Sementara itu, persediaan bensin juga menggelembung 1,84 juta barel, atau naik 0,9% menjadi 200,5 juta barel. Diprediksikan, persediaan ini akan membesar 500 ribu barel. Permintaan minyak mentah kemungkinan akan menanjak seiring dengan kilang minyak yang menuntut untuk terus beroperasi. Sekadar catatan, tingkat operasional kilang minyak justru membubung 1,3% menjadi 86,2% dari kapasitasnya, paling tinggi sejak September lalu. Dihitung, kenaikannya sebesar 0,1%.  Organization of Petroleum Exporting Countries, yang mengendalikan lebih dari 40% kebutuhan minyak dunia, dijadualkan untuk bertemu di Kairo pada 29 Oktober 2008 ini. Negara-negara OPEC kemungkinan akan memangkas produksinya kembali untuk yang kedua kalinya lantaran resesi di AS maupun Eropa telah menggiring minyak dunia ke level di bawah US$ 50 per barel. Bulan lalu, mereka telah sepakat untuk mengiris produksi sebesar 1,5 juta barel sehari.  

Editor: