Harga Minyak Dunia Kembali Melandai, US$ 68,45 per Barel



SINGAPURA. Harga minyak mentah di New York jatuh kembali seiring dengan hitungan para pemilik modal kemarin bahwa perolehan 10% adalah terlalu berlebihan sebagai sinyal dari perlambatan permintaan bahan bakar di AS lantaran penjualan otomotif anjlok ke level yang terendah sepanjang 17 tahun terakhir ini. Toby Hassall, analis Commodity Warrants Australia Ltd. di Sydney mengatakan, "Penjualan truk dan kendaraan dari data semalam menunjukkan indikasi lain dari menciutnya permintaan." Harga minyak mentah untuk pengiriman Desember meluncur sebesar US$ 2,08 per barel atau sekitar 3% menjadi US$ 68,45 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Angka itu ada di harga US$ 68,83 per barel pada pukul 12.31 waktu Singapura. Harga ini, yang terlah terjungkal 53% sejak menyentuh rekor di level tertingginya US$ 147,27 pada 11 Juli 2008 lalu, telah turun 26% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kontrak berjangka naik US$ 6,6 atau 10% menjadi US$ 70,53 per barel kemarin. Ini merupakan pencapaian yang paling besar dalam sehari sejak 22 September 2008 lalu. Harga minyak tersurung oleh gelaran pemilihan presiden yang nyatanya mampu memulihkan pasar saham dan nilai dolar. Nilai tukar mata uang dolar AS sedikit berubah menjadi US$ 1,2870 per euro pada pukul 12.17 waktu Singapura setelah tergelincir 2,6% kemarin menjadi US$ 1,2966 per euro. "Ini sedikit irasional dengan tidak ada seorangpun yang melihat fundamental dan melihat saham sebagai indikasi bagaimana ekonomi menggelinding," kata Clarence Chu dari Hudson Capital Energy di Singapura. Ia mengimbuhkan, "Ketika dolar Amerika jatuh, orang-orang seperti ingin beli, beli, beli ..."Uni Emirat Arab, produsen minyak terbesar keempat OPEC, tengah memangkas produksinya sesuai kesepakatan bersama negara-negara OPEC. Hanya saja, Menteri Perminyakan Mohamed al-Hamli enggan menyebut berapa banyaknya produksi yang dipangkas dari ladangnya.

Editor: